Virus Corona
Soal Tes Usap, Satgas Covid Sebut Ada Provinsi Melewati Batas Aturan WHO
Berdasarkan temuan ada beberapa provinsi di Indonesia yang menggunakan tes usap melewati batas yang sudah ditetapkan WHO.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Karena dianggap sudah melampaui ketentuan dari World Health Organization (WHO) penggunaan tes usap alias swab test di Indonesia harus dihemat.
Berdasarkan temuan ada beberapa provinsi di Indonesia yang menggunakan tes usap melewati batas yang sudah ditetapkan WHO.
Pengadaan tes usap semestinya mengacu pada ketentuan Badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni 1.000 orang per 1 juta penduduk dalam 1 pekan.
“Mungkin sekitar 7.000-10.000 per pekan (di tiap provinsi), tetapi kenyataannya DKI hari ini sudah mencapai 90 (90.000) pemeriksaan. Ini tolong harus ada azas penghematan. Jangan dihamburkan pemeriksaan yang tidak sesuai dengan target yang ada,” kata Ketua Satgas Penanganan Covid 19, Doni Monardo di Jakarta, Senin(14/12/2020).
Baca juga: Update Covid-19 WNI di Luar Negeri: 2.267 Kasus, 1.549 Sembuh, 161 Meninggal Dunia
Ia mengatakan, setiap daerah harus memperhitungkan kebutuhan logistik tes usap di daerahnya sehingga bisa melakukan tes usap dalam jangka panjang.
Ke depan, Kepala BNPB ini menyebut bakal membuat ketentuan jumlah tes usap minimal dan maksimal yang harus dipenuhi oleh dinas kesehatan daerah, sehingga jumlah tes usap yang dilakukan proporsional.
Baca juga: HNW Minta Kemenag Lebih Serius Bantu Pesantren Tangani Covid-19
“Sekali lagi setiap daerah harus memperhitungkan. Kita tidak tahu kapan Covid akan berakhir. Stamina kita secara fisik harus kuat dan juga dukungan logistik terutama anggaran harus kita perhitungkan,” tutur Doni.
"Harus diputuskan batas minimal dan maksimal untuk testing supaya tepat dan kita bisa melakukan penghematan,” tambah Doni.
Anggota Komisi IX DPR dari Fraksi PAN Saleh Daulay angkat bicara terkait imbauan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk menghemat pengadaan tes usap atau swab test Covid-19 merupakan langkah yang keliru.
Baca juga: Pilkada Serentak Diapresiasi, Mahfud MD Sebut Belum Ada Klaster Penularan Covid-19
Menurut Saleh, angka tes Covid-19 di Indonesia bahkan masih terbilang rendah jika dibandingkan dengan jumlah penduduk.
"Kita ini besar, mestinya tracing dan testingnya juga besar. Ini masih jauh sebetulnya dari rasio yang dibutuhkan," kata Saleh.
Ia khawatir peta penularan Covid-19 makin kabur jika swab test dibatasi. Saleh menegaskan, kunci pengendalian Covid-19 yaitu pada pelacakan dan pengetesan.
"Hanya dengan testing dan tracing kita bisa memetakan yang paling banyak orang terpapar virus dan bagaimana menanganinya. Kurang tepat, keliru (kalau dibatasi)," ujar dia.
Saleh mendorong pemerintah untuk mencari solusi agar tes bisa digelar sebanyak-banyaknya.
Ia mengatakan, pemerintah perlu mencari alternatif alat uji yang lebih terjangkau tetapi juga tetap akurat. Ia berpendapat, pemerintah dapat bekerja sama dengan berbagai produsen alat uji Covid-19 dari negara lain.
Baca juga: Diprediksi Tak Akan Berjalan Mulus, 5 Hal Ini Mungkin Terjadi Saat Vaksinasi Covid-19 di Amerika
"Itu alternatif yang bisa dilakukan pemerintah, bukan dengan mengurangi atau membatasi. Kalau dikurangi atau dibatasi, maka orang yang terpapar juga nanti berkurang kan," ucap dia.
Sementara itu, kasus positif Covid-19 di Indonesia telah mencapai 623.309 orang, pada Senin (14/12/2020).
Jumlah tersebut didapatkan setelah ada penambahan sebanyak 5.489 kasus dalam 24 jam terakhir.
Dari total jumlah tersebut, ada 93.396 kasus aktif dari yang terkonfirmasi positif berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19.
Jumlah tersebut setara dengan 15 persen dari kasus yang terkonfirmasi positif. Kasus aktif adalah pasien yang dinyatakan positif Covid-19 dan sedang menjalani perawatan.
Selain itu, terdapat 510.957 orang yang dinyatakan sembuh dari Covid-19.
Kasus pasien meninggal dunia kini mencapai 18.956 orang, setelah bertambah 137 orang. Adapun pasien suspek Covid-19 hingga saat ini mencapai 64.067 orang.(Tribun Network/kps/wly)