Wamenag Zainut: Pembinaan Keumatan itu Penting
Kementerian Agama telah menggariskan pembinaan keumatan sebagai bagian penting pembangunan nasional
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi menegaskan, pembinaan umat penting dalam pembangunan. Setidaknya terdapat 3 (tiga) isu penting terkait pembinaan keumatan.
"Kementerian Agama telah menggariskan pembinaan keumatan sebagai bagian penting pembangunan nasional," ujar dia dalam keterangannya, Rabu (28/10/2020).
Pertama, optimalisasi penyuluh agama Islam dalam pembinaan keumatan, yang tersebar di seluruh Kecamatan di Indonesia.
Ini menjadikan peran penyuluh agama begitu strategis dalam pembinaan umat di tingkat bawah.
“Kita akan terus mendorong para penyuluh ini semakin nyata dan berperan luas dalam pembinaan keumatan,” jelas Zainut.
Kedua, kemitraan strategis dengan ormas Islam dalam penguatan pendidikan, ekonomi, dan sosial-budaya, di mana tugas Kementerian Agama untuk memastikan seluruh ormas Islam memiliki peran yang luas dalam pembinaan.
Baca juga: Jelang Maulid Nabi, Menag Ajak Umat Perbanyak Salawat dan Tetap Patuhi Protokol Kesehatan
“Karena itulah, kami akan terus memperluas keterlibatan partisipasi publik, termasuk ormas Islam, dalam berbagai program pembinaan keumatan,” ujarnya.
Ketiga, optimalisasi dana sosial keagamaan dalam mendukung penguatan keuangan syariah dan pemerataan ekonomi, dengan membangun pengelolaan zakat dan wakaf.
Saat ini, program tersebut secara bertahap telah menunjukkan hasilnya. Keduanya telah mengambil peran yang luas dalam pemberdayaan ekonomi, pendidikan, dan fasilitasi keagamaan.
“Peran inilah yang akan terus kita dorong dan perluas, berharap keduanya semakin nyata dalam membangkitkan keuangan syariah dan pemerataan ekonomi,” ungkap wakil ketua MUI ini.
Wamenag mengingatkan kepada da'i bahwa, permasalahan keumatan semakin beragam. Hal yang paling nyata adalah gencarnya arus informasi dari luar yang dalam beberapa sisi justru potensial merusak tatanan keberagamaan bangsa Indonesia. Hal itu menjadi tantangan bersama.
“Sebagai penceramah dan da’i, sudah seharusnya kita hadir dan memberi solusi terhadap ghirroh atau semangat keberagamaan umat,” pesannya.
Kehadiran da'i juga dituntut lebih milenial di beberapa aspek, mengingat generasi muda kita saat ini cenderung menerima segala hal jika dibungkus secara milenial.
"Sehingga, cara dan metode penyampaian serta wawasan penceramah sangat menentukan tersampaikannya materi dakwah kepada para milenial,” sambungnya.