Gerakan 1.000 Guru Salurkan Makanan Bergizi Bantu Anak-anak di Tengah Pandemi Covid-19
Selain itu, gerakan tersebut juga memberikan bantuan kepada guru-guru yang terdampak pandemi Covid-19.
Laporan Waryawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Founder Gerakan 1.000 Guru, Jemi Ngadiono, mengatakan pandemi Covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi gerakan yang memiliki kegiatan jalan-jalan sambil mengajar anak-anak di pedalaman Indonesia bahkan hingga Asia Tenggara itu.
Meski pandemi Covid-19 menghentikan kegiatan tatap muka Komunitas 1000 Guru untuk mengajar anak-anak di pedalaman, namun komunitas yang telah berdiri sejak 2014 itu tetap membantu ribuan anak, orang tua, serta guru di seluruh Indonesia.
Jemi mengatakan di tengah pandemi Covid-19 yang melanda dunia gerakan tersebut masih membantu sekira enam ribu anak-anak di seluruh Indonesia dengan memberikan makanan bergizi agar imunitasnya menjadi baik.
Baca juga: Vaksinasi Covid-19, Komisi IX DPR : Harus Dipastikan Sudah Layak Secara Ilmiah
Selain itu, gerakan tersebut juga memberikan bantuan kepada guru-guru yang terdampak pandemi Covid-19.
Hal tersebut disampaikan Jemi dalam siaran langsung Tribun Corner bertajuk Pemuda Pemudi Inspiratif di Masa Pandemi: Menyambut Hari Sumpah Pemuda Ke-92 di kanal Youtube Tribunnews.com pada Rabu (28/10/2020).
"Kita kemarin bantu-bantu guru-guru yang memang terdampak kita berikan sembako, anak-anak yang kita berikan makanan bergizi tetap berjalan, supaya imun mereka kuat juga. Ada sekira enam ribuan anak di Indonesia yang kita bantu selama pandemik ini," kata Jemi.
Baca juga: Ini Komitmen KNPI Bantu Masyarakat di Tengah Pandemi Covid-19
Selain itu, beberapa relawan gerakan yang telah membantu sekira 250 ribu anak di Indonesia dan Asia Tenggara itu sejak 2014 itu, juga membantu memberikan pendampingan kepada orang tua yang di masa pandemi ini harus menjadi guru pengganti bagi anak-anak mereka di rumah.
Menurutnya, pendampingan itu menjadi penting mengingat banyaknya kasus kekerasan yang dialami anak oleh orang tuanya di masa pandemi karena orang tua tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengajarkan anak-anaknya di rumah.
"Jadi ada beberapa volunteer kita yang mendampingi orang tua supaya orangtuanya bisa mengajarkan anaknya dengan baik. Karena kan ada banyak kejadian, bagaimana orang tua habis kesabarannya, dia pukul anaknya yang susah belajar dan sebagainya dan akhirnya ada yang meninggal dan sebagainya," kata Jemi.
Jemi mengatakan hingga saat ini relawan yang tergabung dalam gerakan yang berawal dari media sosial tersebut telah mencapai puluhan ribu.
Mereka, kata Jemi, kebanyakan berasal dari professional muda yang mempunyai hobi jalan-jalan dan punya minat untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat di bidang pendidikan.
"Sebenarnya kita tidak meminpin guru formal. Artinya 1000 guru itu kan artinya semua orang bisa menjadi guru dan volunteer-volunteer yang gabung itu pekerjannya bukan guru, ada juga yang guru, pendidik, tapi kebanyakan mereka adalah profesional muda yang punya waktu singkat di akhir pekan tapi ingin melakukan hal yang baik di dunia pendidikan," kata Jemi.