Kamis, 2 Oktober 2025

Kisah Eks Komandan yang Sempat Berdebat dengan Benny Moerdani Sesaat Sebelum Bebaskan Sandera Woyla

Ketika itu Soeoroso yang masih berpangkat Kapten dan timnya telah tiba di Bangkok Thailand pada malam hari.

Penulis: Gita Irawan
Editor: Hasanudin Aco
Jenderal TNI Leonardus Benjamin Moerdani atau Benny Moerdani 

Setelah keduanya diam, Benny memberikannya petunjuk dalam melakukan operasi tersebut.

Namun ia tidak mau mengikuti kata Benny dan menyampaikan maunya.

"Ini perhitungan saya Pak. Ya saya mungkin bisa berhasil karena pakai hitungan ini. Saya ke Utara dulu baru ke Timur. Kayak Pak Benny tidak mengerti saja. Saya nggremeng begitu rupanya Pak Benny dengar. Kata Pak Benny, wah kamu ini, memangnya saya seperti kamu apa, ya sudah kamu berangkat," ungkap Soeroso.

Setelah perdebatan singkat yang dimenangkannya itu, sebagai komandan tim, Soeroso diperintahkan berada paling depan dan membawa tangga untuk membuka pintu depan pesawat.

"Di belakang nanti ada cadangan untuk kamu, Pak Bagyo. Karena adatnya pembajak itu orang pertama yang ditrmbak itu orang yang paling depan. Karena dia tahu, orang paling depan ini komandannya. Makanya kamu akan ditembak lebih dulu. Dan terus terang kamu akan mati orang pertama," kata Soeroso mengulangi perkataan Benny kepadanya saat itu.

Baca: Isu Dibangun Pangkalan Militer China di Indonesia: Ini Kata Pensiunan TNI hingga Sikap Tegas Menlu

Soeroso pun mengiyakannya.

"Terus ini cadangan Pak Bagyo, kalau nanti ada suara tembakan, nanti Pak Bagyo lari ke depan, menggantikan kamu. Serangan kemudian yang memimpin Pak Bagyo," kata Soeroso melanjutkan perkataan Benny kepadanya.

Soeroso pun melanjutkan ceritanya ketika berhadapan dengan seorang teroris yang berbadan lebih besar dan kekar darinya.

"Saya popor bangun lagi. Orangnya tinggi besar badannya kekar. Dia lari ke depan, waduh, dalam hati, ini bagaimana? Saya tidak boleh begitu, saya tembak bangun lagi, saya tembak lagi baru (wafat)," kata Soeroso.

Setelah penyerbuan yang berlangsung dalam hitungan menit itu selesai dan situasi bisa dikendalikan, ia pun kembali melapor kepada Benny dan meminta perintah selanjutnya.

"Pak Benny langsung nyelip saya masuk pesawat. Pak Benny di dalam, saya tidak berani masuk. Saya selaku pengendali. Kalau ada apa-apa, saya tidak mengerti di dalam. Tahu-tahu pilotnya dipikul keluar sudah mati," kata Soeroso.

Soeroso kemudian tidak pikir panjang.

Ia kemudian memeriksa pilot bernama Kapten Herman Rante tersebut.

Soeroso mengaku khawatir Herman tertembak oleh anak buahnya ketika melakukan penyerbuan.

"Jangan sampai ada dugaan itu. Maka saya membuktikan. Saya bertanggung jawab sebagai komandan, ini tembakan siapa. Ya itu, saya raba ketemu lubang, tangan saya berdarah, saya cari di belakang, ketemu juga. Kemudian dibawa menjauh dari pesawat," kata Soeroso.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved