Kamis, 2 Oktober 2025

Komoditas Cabai Dinilai Punya Prospek Bagus, Apalagi Jika Disertai Inovasi

Pengembangan industri komoditas hortikultura amat menjanjikan. Sebab, buah-buahan maupun sayuran dikonsumsi setiap hari oleh jutaan masyarakat.

Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Willem Jonata
Tribunnews/Jeprima
Pedagang memilah cabai dagangannya di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (3/4/2020). Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional melaporkan bahwa harga cabai rawit merah di sejumlah pasar modern di DKI Jakarta turun menjadi Rp 127.000 per kilogram dari harga sebelumnya Rp 141.000 per kilogram, sedangkan untuk cabai hijau dibanderol Rp 40.950 per kilogram. Tribunnews/Jeprima 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hasanuddin Aco

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengembangan industri komoditas hortikultura amat menjanjikan.  Sebab, buah-buahan maupun sayuran dikonsumsi setiap hari oleh jutaan masyarakat. 

Cabai merupakan satu di antaranya. Sebagai komoditas strategis hortikultura, prospek 'si pedas' sejatinya amat menggiurkan. 

Tak hanya dijadikan bahan bumbu utama masyarakat Indonesia, cabai juga bisa dikreasikan menjadi produk olahan bernilai ekonomi tinggi. 

Ini yang kemudian menjadi tantangan para petani, pelaku agrobisnis hingga agro industri.

Demikian intisari webinar bertajuk 'Gedor Horti (Gerakan Mendorong Produksi, Daya Saing dan Ramah Lingkungan Hortikultura)' in Action, yang diselengarakan Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), Sabtu (6/6/2020).

Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan, Retno Sri Hartati Mulyandari mengatakan bahwa produksi cabai nasional amat melimpah. 

Baca: Bea Cukai Tanjung Emas Fasilitasi Ekspor Ribuan Ton Komoditas Pertanian Jawa Tengah

Berdasar data yang dilansir Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, kebutuhan konsumsi cabai besar saja mencapai 254.670 ton per bulan dengan produksi 281.712 ton atau surplus 27.042 ton.

"Artinya stok cabai selalu mencukupi. Persoalannya sekarang adalah bagaimana mengoptimalkan pola distribusinya. Bagaimana satu daerah yang surplus, bisa menyuplai daerah yang minus dari sisi produksi," ujar Retno.

Menurut Retno, ketika aspek distribusi bisa benar-benar optimal, maka stok dan harga terjaga stabilitasnya. 

Baca: AS Ngajak RI Perang Dagang, Ekspor 5 Komoditas Bisa Kena Dampaknya

Ini sebagaimana arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL). Tinggal kemudian digenjot untuk skala agrobisnis dan agro industri.

"Maka dari itu dengan keberadaan Early Warning System (EWS) yakni sistem informasi mengenai ketersediaan stok komoditas hortikultura jelas sangat membantu," lanjut dia.  

Sementara Kepala Balai Besar Penelitian Pengembangan Pascapanen, Prayudi Syamsuri mengatakan bahwa pengolahan, inovasi teknologi pasca panen cabai penting dilakukan. 

Tak melulu meningkatkan sektor ekonomi, tetapi juga meminimalisir nilai kehilangan hasil panen (food losses).

Prayudi lantas mengungkapkan, kehilangan pasca panen komoditas cabai sekitar 18,8 persen. 

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved