Virus Corona
Kritik New Normal, Sosiolog: Hanya Menghaluskan Kata Pelonggaran PSBB
Seorang Sosiolog mengkritik sikap pemerintah yang menjadikan new normal sebagai kebijakan, sehingga tak bisa dikatakan dimulai sejak 1 Juni mendatang.
"Dan indikator epidemiologi ada tiga komponen yang bisa kita cermati," jelas Pandu.
"Yaitu penurunan kasus Covid, penurunan PDP, dan penurunan kematian selama dua minggu."
Baca: Tanggapan PDIP hingga DPRD saat Tahu Risma Marah, Kisruh 2 Mobil PCR di Jawa Timur
Baca: Menteri Agama Terbitkan Panduan Pembukaan Tempat Ibadah saat New Normal, Ini Syaratnya
"Yang penting konsisten menurun terus, jangan naik," imbuhnya.
Selanjutnya, pemerintah dan pihak terkait harus gencar dalam melakukan pemeriksaan.
Pandu menuturkan, jumlah pengecekan setiap harinya tidak boleh menurun.
Terlebih ketika pelonggaran diterapkan, pemeriksaan tetap harus dilaksanakan.
Dalam melakukan pemeriksaan atau tes, juga harus dilaksanakan tracing.

Tidak hanya itu, Pandu juga memberikan imbauan perihal perilaku masyarakat Indonesia.
Di mana harus selalu menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker dan mencuci tangan.
Pandu menyampaikan protokol kesehatan harus selalu dipatuhi agar pencegahan kasus bisa terlaksana.
"Kesehatan publik adalah pelayanan testing tidak boleh menurun, harus siap," tutur Pandu.
"Bahkan saat pelonggaran tidak boleh menurun dibarengi dengan pelacakan kasus."
Baca: Kronologi Lengkap Kemarahan Risma Akibat Mobil Lab PCR dari BNPB Justru Dialihkan ke Kota Lain
Baca: Pemerintah Izinkan 102 Kabupaten Kota Zona Hijau Covid-19 Terapkan New Normal
"Perilaku penduduk yang menggunakan masker, cuci tangan, harus dilihat dan gencar agar patuh melakukan upaya pencegahan," lanjutnya.
Indikator yang terakhir, adalah kesiapan layanan kesehatan selama penerapan new normal.
Hal ini dijadikan parameter agar ada persiapan kemungkinan terjadi gelombang kedua virus Covid-19.