Senin, 6 Oktober 2025

Virus Corona

Pakar Epidemiologi Sebut Tatanan New Normal Harus Ditunda jika Masyarakat Belum Siap

Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Riono menyampaikan, rencana tatanan new normal sebaiknya ditunda jika masyarakat belum siap.

Penulis: Nuryanti
Editor: Ifa Nabila
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
ilustrasi penerapan New Normal 

TRIBUNNEWS.COM - Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Riono menyampaikan, rencana tatanan new normal sebaiknya ditunda jika masyarakat belum siap.

Ia menyebut, masyarakat cenderung senang dengan rencana new normal karena mengira pandemi virus corona sudah berakhir.

Padahal, saat ini pemerintah tengah meningkatkan kewaspadaan dalam pengendalian virus corona.

"Masyarakat akan terjadi euforia, seakan-akan pandemi ini selesai, padahal belum."

"Kita melakukan pelonggaran ini sekaligus meningkatkan kewaspadaan. Ini mulai sekarang dibangun dengan komunikasi publik yang baik," ujarnya, dikutip dari YouTube Kompas TV, Kamis (28/5/2020).

Baca: Kondisi The New Normal: Antara Ghost Protocol dan Desentralisasi Global

Baca: Kasus Corona Masih Tinggi, Muhammadiyah Pertanyakan Soal New Normal: Apa Sudah Dikaji Secara Valid?

Baca: New Normal di Jabar Diterapkan Mulai 1 Juni 2020: Sosialisasi Sepekan, Diterapkan Protokol Kesehatan

Pandu Riono menyebut, saat ini harus mulai mengedukasi masyarakat soal tatanan new normal.

Harapannya, masyarakat akan paham dan tak terjadi lagi euforia dengan adanya pelonggaran.

"Kita juga harus mendorong menjadi bagian dari masyarakat, tidak mungkin semua diurusi pemerintah."

"Sosial distancing sudah mulai bergerak, mulai melakukan promosi dan edukasi kepada masyarakat."

"Maka kita masyarakat akan lebih cepat sadar dan tak terjadi lagi euforia yang nanti dilonggarkan," terangnya.

Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Riono
Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Riono (YouTube Kompas Tv)

Apabila masyarakat belum siap, pemerintah sebaiknya menunda new normal meski epidemiologi sudah memenuhi syarat.

"Mungkin epidemiologinya sudah mulai memenuhi syarat, tapi masyarakatnya belum siap ya kita harus tunda dulu," ungkapnya.

Menurutnya, tak masalah jika pemerintah menerapkan tatanan new normal dengan banyak tahapan.

"Kita jangan melonggarkannya sekaligus serentak, tahapannya sampai 10 kali tahapan ya enggak apa-apa."

"Pelan-pelan sekaligus mengedukasi masyarakat, pejabat juga," jelasnya.

Baca: Adaptasi Skenario The New Normal, BRI Bersiap Evaluasi Jumlah & Peran Kantor

Baca: Waspadai, Modus Penipuan Baru Memanfaatkan Fase New Normal Berbasis Rekaya Sosial

Baca: Analis: Pelonggaran PSBB dan New Normal Bisa Perbaiki Emiten Sektor Ritel dan Mall

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved