Sabtu, 4 Oktober 2025

Eksklusif Tribunnews

Cerita Emil Dardak Suka 'Wayangan' dengan Khofifah

Untuk kemudian memberikan semangat, bahwa pemimpin itu kudu iso ngelakoni. Jangan hanya bisa menyampaikan tapi tidak bisa ngelakoni. Kan' itu penting

Wartakota/Nur Ichsan
SILATURAHMI - Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak, melakukan kunjungan silaturahmi ke Kantor Redaksi Tribunnews Grup di Jakarta, Sabtu (14/3/2020). (Warta Kota/Nur Ichsan) 

Jadi ada sebuah etika birokrasi, pemerintahan yang kita jalankan. Tetapi di sisi lain, beliau juga punya style yang menarik. Beliau senang suruh saya atau Pak Sekda untuk memimpin rapat. Tapi beliau sambil mencermati betul setiap orang, sambi dia baca, dia cek, tiba-tiba angkat tangan, dia bisa nunjukin dokumen tebal mana aja yang miss.

Dan dia melihat, sambil kita memandu. Makanya saya bilang ini bukan memimpin bu, tapi memandu rapat he-he. Jadi saya selalu melihat Bu Khofifah, sebagai contoh siapa sesepuh di Golkar hari ini? Pak Akbar Tanjung, bayangkan Pak Akbar Tanjung Ketua DPR, Bu Khofifah sudah jadi Wakil Ketua DPR.

Sebegitu seniornya beliau. Dari zaman Gus Dur, bahkan sebelum itu pun, beliau sudah terkenal dengan pidatonya yang kemudian tidak mengikuti script yang sudah di-provide. Tiba-tiba beliau tidak menggunakan skrip. Jadi saya melihat beliau punya jam terbang yang luar biasa, tapi tidak di masa lalu.

Baca: Emil Dardak Ungkap Rahasia Suara Emas yang Dimiliki Tiara, Ternyata Berasal dari sang Ibunda

Karena beliau sampai hari ini masih jadi politisi yang relevan, yang update. Jadi menarik. Bagi saya ini menjadi kesempatan luar biasa bisa menjadi deputi dari seorang yang track record yang seperti itu.

Ada pembagian tugas secara spesifik? Misal urusan ekonomi Anda atau sebaliknya?

Tidak, karena dinamikanya sangat tinggi sekali. Ide itu sangat fluid. Misal contoh penanganan corona sampai bencana, kemudian advice saya dianggap dibutuhkan dan dibuka pintu seluas-luasnya untuk saya menyampaikan hal-hal yang saya monitor di lapangan. Tapi bahwa artinya di sisi lain, saya pernah menjadi bupati.

Yang kadang-kadang tidak terbayangkan oleh masyarakat mungkin, meja itu dokumen satu tumpukan tinggi. Bayangkan Gubernur Jawa Timur. Itu saat saya jadi Bupati Trenggalek. Dan itu banyak membutuhkan atensi administratif dari gubernur. Saya mencoba mem-back up.

Baca: Jokowi Sudah Jalani Tes Corona, Ini Hasilnya

Bu Gubernur suka meminta advice ke saya yang sifatnya sangat substantif, atau yang berkaitan dengan milenial, berkaitan dengan seni, ekonomi, tapi bukan berarti itu diserahkan sepenuhnya. Tetap keputusan di tangan Bu Gubernur.

Tetapi beliau memberikan porsi substantif, kebetulan saya senang dengan porsi substantif itu karena hakekatnya saya sebelum masuk di politik saya kan' lama di world bank.

Kemudian juga di lembaga perbankan tapi untuk infrastruktur.Jadi memang, kita kadang-kadang suka guyon, kita suka wayangan. Maksudnya kalau besok ada paparan sangat penting saya sama Bu Gubernur itu begadang. Tek-tokan, kirim e-mail, revisi. Jadi ya kita sebutnya wayangan.

Sekarang jadi wakil gubernur berapa tebal tumpukan dokumen di meja?

Wakil gubernur malah tidak punya tumpukan. Ada, tapi biasanya bukan karena kita harus menandatangani, tapi menela'ah. Dan sekarang papperless ya. Akhirnya diberikan kepada saya dalam bentuk file.

Ada waktu khusus pembagian blusukan?

Meninjau lapangan itu penting karena kita bisa mendapatkan sense. Bisa mendapatkan atau memahami situasi lapangan langsung. Makanya kenapa kita turun saat bencana tujuannya setiap pasukan di garda terdepan itu kan' mereka tahu, kita bersama mereka.

Tentunya kita punya pembagian tugas, punya role masing-masing. Tapi kami siap berjuang di lapangan untuk berjuang bersama-sama dengan pihak yang ada di garda terdepan. Jadi saat membersihkan sungai Bu Khofifah ada atau saya yang diutus, itu kadang penting.

Baca: Buntut Penumpukan Penumpang, Polisi Bakal Koordinasi Dengan Dishub DKI Jakarta

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved