Virus Corona
Anies Baswedan Berani Keluar Uang Banyak untuk Cegah Virus Corona
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengaku berani mengucurkan dana banyak demi mencegah virus corona. Minta ini ke jubir Achmad Yurianto.
TRIBUNNEWS.COM - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengaku berani mengucurkan dana banyak demi mencegah virus corona.
Menurut Anies, pencegahan virus corona di awal lebih baik meski mengorbankan dana yang banyak.
Dilansir Tribunnews.com, hal itu diungkapkan Anies dalam Mata Najwa unggahan YouTube Najwa Shihab, Rabu (11/3/2020).
Saat itu, Juru Bicara Pemerintah terkait Virus Corona, Achmad Yurianto tengah menjawab permintaan Anies dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil untuk memberi wewenang pemerintah daerah tangani corona.
Yurianto menjelaskan pemda di daerah tertentu punya wewenang untuk mendeteksi virus corona, namun bukan untuk menangani dan langkah lain yang lebih jauh.
Mendengar penjelasan itu, Anies membeberkan bagaimana drastisnya peningkatan jumlah korban virus corona di Jakarta.
"Persis sekali dengan itu, ini contoh saja yang kami hadapi di Jakarta, orang dalam pemantauan tanggal 1 Maret itu 135, dalam 11 hari sudah menjadi 401," terang Anies.
"Lalu pasien dalam pengawasan itu 47 tanggal 1, per hari ini sudah 197," sambungnya.
Baca: Syarat agar Pemda Boleh Tangani Sendiri Kasus Virus Corona
Baca: Anies Singgung Simulasi Virus Corona dengan Skenario Terburuk
Anies berharap pemda diberi wewenang untuk bergerak cepat demi mencegah penyebaran virus corona.
"Bila kita tidak bergerak cepat untuk melakukan itu, maka kita tidak bisa mengatakan kepada yang bersangkutan 'Anda positif atau negatif'," kata Anies.
"Dan potensinya kemudian, kita tidak bisa mengarahkan untuk isolasi dan melakukan tracing," sambungnya.
Sebagai kepala daerah, Anies berharap bisa melindungi warganya dengan desentralisasi penanganan virus corona itu.
Bahkan Anies mengaku berani menggelontorkan dana yang tak sedikit demi pendeteksian dan penanganan sejak dini di daerah.
"Kami ingin melakukan dengan cepat, karena kita ini punya tanggung jawab untuk melindungi, artinya jangan sampai kejadian," kata Anies.
"Lebih baik melakukan langkah-langkah yang lebih, langkah-langkah yang ekstra, meski konsekuensi finansialnya tinggi, konsekuensi ekonominya tinggi, tapi itu akan menyelamatkan potensi warga dari virus corona."
Baca: Kondisi Darurat, Vaksin Corona Siap Diuji Klinis April Mendatang: Tak Perlu Tunggu 12-18 Bulan Lagi
Baca: RSPI: Pasien Corona yang Bisa Recovery Sangat Dipengaruhi Imunitas Tubuh

Yurianto Jelaskan Syarat untuk Pemda
Yurianto menyebut pemerintah bisa saja melakukan desentralisasi sehingga daerah bisa ikut menangani kasus virus corona.
Namun ada standar mutlak yang harus dipenuhi oleh daerah.
Ia menekankan pemeriksaan virus corona tidak bisa asal seperti cek darah biasa.
"Kalau pemeriksaan tidak ada masalah. Tetapi harus ada persyaratan mutlak, bahwa ini harus biosecurity level 2 untuk pemeriksaan virus," ujar Yurianto.
"Jika persyaratan ini dipenuhi, tidak ada masalah, karena ini pemeriksaan virus tidak sama dengan memeriksa laboratorium darah dan lain sebagainya," sambungnya.
Yurianto menambahkan, sebenarnya pemerintah pusat sudah tahu daerah mana saja yang berkapasitas untuk memeriksa virus corona.
"Oleh karena itu kita memiliki jejaring dalam kaitan pemeriksaan virus," kata Yurianto.
"Pusat tahu kok daerah yang memiliki kapasitas atau institusi yang memiliki kapasitas itu," sambungnya.
Untuk mendukung kapasitas yang sudah ada di daerah, pemerintah pusat tengah mempersiapkan balai di 10 kota.
"Oleh karena itu, ini yang kemudian akan kita siapkan di minggu ini ada 10 Balai Besar Teknologi Kesehatan Lingkungan yang tersebar di 10 kota di Indonesia," paparnya.
Nantinya, balai tersebut mampu untuk mendeteksi ada tidaknya virus corona dalam tubuh pasien.
Meski demikian, penanganan pasien yang terinfeksi belum sepenuhnya bisa dilakukan di daerah.
"Sudah masuk dalam persiapan. Dan kita sudah mendatangkan 10.000 kit untuk tes PCR, tetapi tidak untuk genome sequencing," jelas Yurianto.
"PCR adalah screening awal untuk memeriksa, kalau positif, akan diperiksa dengan genome sequencing," tambahnya.
Anies Ingin Adakan Simulasi
Dalam tayangan itu, Anies mengklaim bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebenarnya sudah siap sebelum korban virus corona berjatuhan di Indonesia.
Ia kemudian berkaca pada negara-negara lain seperti Tiongkok, Iran, Amerika Serikat, Italia, hingga Korea Selatan yang baginya terlambat dalam segi persiapan.
Ketidaksiapan negara-negara tersebut membuat jumlah kasus virus corona melonjak luar biasa.
"Kita lihat Indonesia menghadapi situasi ini sekarang, tapi kita sudah punya contoh di Wuhan, Tiongkok, itu bulan Desember-Januari," ujar Anies.
"Lalu beberapa minggu ini, Eropa, Iran, Korea (Selatan), kita menyaksikan lompatan luar biasa, ada pattern di sini," sambungnya.
Anies memaparkan dua pilihan, yang pertama, negara bersikap santai di awal seperti negara-negara yang sudah ia sebutkan hingga korban terus bertambah.
"Kita bisa dua pilihan ini. Pilihan pertama, ambil rute seperti Iran, Amerika (Serikat), Korea Selatan, Italia, di awal rileks, lakukan pengetesan terbatas," jelas Anies.
"Lalu jumlahnya (korban) bertahap meningkat, di Italia saya lihat datanya pada 20 Februari itu cuma 4 kasus. Dalam 18 hari, menjadi 9172," sambungnya.
"Kemudian sesudah itu lompat, pemerintahnya bertindak untuk melakukan penutupan, pembatasan, semuanya, itu satu model."
Sementara itu pilihan kedua adalah bersikap seperti Singapura, Vietnam, dan Selandia Baru yang sudah waspada sejak awal.
"Model kedua, ada Singapura, ada Vietnam, ada Selandia Baru, mereka melakukan yang dikerjakan negara-negara itu tapi di masa awal," kata Anies.
"Nah, Jakarta, kami kumpulkan semua dan kami katakan 'Kami akan lakukan yang dikerjakan di fase awal, supaya tidak terjadi peningkatan jumlah kasus'," paparnya.
Baca: Kesembuhan 4 Pasien Corona di Indonesia Jadi Angin Segar, Diimbau Isolasi Diri Meski Tak Menularkan
Baca: Infeksi 13 Kali Lipat di Luar China, WHO Umumkan Wabah Virus Corona Sebagai Pandemi Global
Sejauh ini, Anies sudah mengkoordinir jajarannya untuk sebisa mungkin mencegah penyebaran Covid-19 ini.
Bahkan ia menyiapkan skenario terburuk seperti lonjakan kasus di Italia jika sampai persiapan tidak dilakuakn sejak dini.
"Kita menggunakan case terburuk untuk menyiapkan jarak, bukan berharap ini kejadian. Kita tidak menginginkan ini terjadi," tegas Anies.
"Tapi kalau kita rileks seperti di Italia, bayangkan 18 hari dari 4 jadi 9000. Kalau di Jakarta kita simulasi dengan kondisi sekarang," imbuhnya.
Meniru Singapura, Anies menyiapkan skenario kasus virus corona sudah mencapai 6000 dalam waktu 2 minggu.
"Kalau 2 minggu ke depan, kita tidak melakukan langkah-langkah yang serius, punya potensi bisa 6000 kasus, 840 parah, 300 kritis," kata Anies.
"Ini simulasi dengan menggunakan skenario terburuk, jika kita mengerjakan seperti yang dikerjakan Singapura, Selandia Baru, Vietnam," jelasnya.
Anies berharap simulasi dengan skenario terburuk itu diperbolehkan untuk diterapkan oleh pemerintah pusat.
Sehingga seluruh daerah berwenang untuk memeriksa suspect virus corona hingga melakukan karantina.
Diketahui, hingga saat ini tercatat sudah ada 34 kasus virus corona di Indonesia.
Di antaranya 4 pasien sudah dinyatakan negatif atau bebas dari virus corona dan 1 meninggal dunia.
Berikut video lengkapnya:
(Tribunnews.com/ Ifa Nabila)