Virus Corona
2 WNI Positif Virus Corona, Terawan Sebut Bisa Jadi Bahan Riset Kemenkes dan Singgung Harga Masker
Dua warga Depok positif terjangkit virus corona, setelah bertemu dengan warga asal Jepang pada 14 Februari 2020 lalu yang diketahui juga positif.
TRIBUNNEWS.COM - Dua warga Depok positif terjangkit virus corona, setelah bertemu dengan warga asal Jepang pada 14 Februari lalu yang diketahui juga positif.
Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto menyebut, hal positif dari peristiwa tersebut yakni Kemenkes dapat menggunakan virus tersebut itu untuk kepentingan riset.
"Saya berarti punya bahan untuk riset selanjutnya karena dengan adanya virus ini virusnya bisa kita periksa."
"Apakah nanti arahnya untuk jadi vaksin atau untuk jadi apa pun, itu akan kita terus riset," kata Terawan di Kantor Kemenkes, Senin (2/3/2020), dikutip dari Kompas.com.
Menurutnya, terbukti jika pihaknya bisa mendeteksi adanya virus corona yang sempat diragukan oleh negara lain.
Baca: Dua Warga Depok Terinfeksi Virus Corona, 48 Orang Dilakukan Pemantauan Kesehatan
Baca: 2 Warga Depok Positif Virus Corona, Berawal dari Dansa Saat Hari Valentine 2020
Ia menambahkan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes (Balitbangkes) saat ini sudah mendapatkan sampel virus tersebut.
"Nah ini Pak Sis (Siswanto, Kepala Balitbangkes) ini merasa 'aku kok dianggap enggak bisa meriksa'."
"Nah, sekarang bisa. Selamat, Bapak, karena sekarang hasilnya sudah positif," ungkapnya.

Terawan bersyukur atas kondisi kedua pasien positif virus corona tersebut, dalam keadaan yang baik.
"(Sehatnya seperti) anda ini, bisa bertanya, bisa duduk, bisa senyum, enggak sesak, tensi baik, nadi baik, saturasi 99 persen, tidak demam, tidak mual, tidak mencret."
"Pokoknya tidak yang sakit-sakit itu," ungkap Terawan.
Baca: Dua Warga Postif Virus Corona, Tidak Ada Pembatasan Kegiatan di Depok
Baca: Setelah Depok Geger Virus Corona, 15 Warga Batam Jalani Karantina, Tertular 4 Warga Singapura?
Sementara itu, mengenai harga masker yang tinggi, Terawan menyebut disebabkan dari permintaan yang juga tinggi.
"Ya itu adalah impact ekonomi, karena bagaimanapun itu orang jual-beli ya, seperti itu hukum pasarnya, semakin tidak cari, semakin tidak mahal," kata Terawan di Kantor Kemenkes, Senin (2/3/2020), dikutip dari Kompas.com.
Ia pun kembali mengingatkan, masker diperuntukkan untuk orang-orang yang sakit.
"Begini saja, nomor satu, yang sakit yang pakai, yang sehat tidak pakai dulu karena kalau harga dan sebagainya, kelangkaan dan sebagainya, itu pasar memang begitu," ujarnya.

Masker di Sejumlah Apotek Habis
Sejumlah pihak apotek di Indonesia mengaku kekurangan stok masker beberapa hari belakangan ini.
Pegawai Apotek K-24 Rawasari, Jakarta Pusat, Rini mengungkapkan, masker model N95 di tempatnya hanya tersisa dua buah saja.
"Masker di kita cuma tinggal 2 biji, itu dari model N95 dengan harga satuan Rp 75.000."
"Kalau mau pesan juga tidak bisa, karena dapat stok juga sudah susah sejak isu corona," ungkap Rini, dikutip dari Kompas.com, Senin (2/3/2020).
Baca: Meski Sama-sama Alami Demam & Batuk, Kenali Perbedaan Gejala Virus Corona dengan Flu Biasa
Baca: Soroti Harga Masker Tinggi, Aming: Pada Akhirnya Bukan Corona yang Membunuh, Tapi Saudara Sendiri
Sementara itu, pegawai Apotek K-24 Setiabudi, Banjarsari Kota Solo, Merly juga mengaku kekurangan stok masker.
Sebab, masker di apoteknya sudah habis terjual sejak sebulan lalu, dan harga masker juga terbilang tinggi.
"Habis sudah kalau untuk masker. Sudah sebulan lalu habisnya sejak ada ramai virus corona," jelas Merly.
Ia menegaskan, sampai saat ini belum ada lagi kiriman masker ke tempatnya.
"Kalau pun ada harganya mahal, Rp 100.000 per box, dulu satu box sekitar Rp 30.000. Itu untuk masker merek Sensi," jelasnya.

Permintaan Masker Naik 2 Kali Lipat
Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (Aspaki), Ahyahudin Sodri menyebut, permintaan masker di Indonesia melonjak tajam.
"Berdasarkan data yang kami miliki, ada 7 anggota Aspaki yang memproduksi masker."
"Perusahaan-perusahaan tersebut telah meningkat kapasitas produksi mereka," kata Ahyahudin, dikutip dari Kompas.com, Senin (2/3/2020).
Baca: Nikita Mirzani Khawatir Terjangkit Corona, Tolak Bersalaman, Beri Pengamanan Khusus untuk Anak
Baca: Komisi V Minta Menhub Pertimbangkan Tutup Rute Penerbangan Negara Terinfeksi Virus Corona
Menurutnya, permintaan masker sejak beberapa pekan terakhir naik hingga dua kali lipat.
Padahal, produsen alat kesehatan di Aspaki tidak menaikkan harga di tengah isu merebaknya virus corona.
Produsen masker juga sepakat menghentikan ekspor dan fokus memenuhi permintaan masker dalam negeri.
"Permintaan masker meningkat satu setengah sampai dua kali lipat."
"Anggota Aspaki fokus melayani permintaan dalam negeri daripada permintaan ekspor," ungkapnya.
(Tribunnews.com/Nuryanti) (Kompas.com/Ardito Ramadhan/Muhammad Idris/Dian Erika Nugraheny)