Sabtu, 4 Oktober 2025

Imlek 2020

Gus Dur, Kemeriahan Imlek dan Gelar Bapak Tionghoa Indonesia

Gus Dur memiliki andil cukup besar hingga akhirnya etnis Tionghoa di Indonesia dapat merayakan Imlek secara bebas.

Editor: Johnson Simanjuntak
KOMPAS.com / Agus Susanto
Presiden keempat RI, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, berperan besar dibalik kemeriahan Tahun Baru Imlek di Indonesia selama ini. 

"Cara terbaik, bangsa kita harus membuka semua pintu kehidupan bagi bangsa Tionghoa sehingga mereka bisa dituntut sepenuhnya menjadi bangsa Indonesia," ujar tokoh Nahdlatul Ulama itu.

Gus Dur Dapat Gelar Bapak Tionghoa Indonesia

Atas kebijakan dan pemikirannya yang terbuka, Gus Dur pun mendapat gelar sebagai "Bapak Tionghoa Indonesia".

Bagi kaum Tionghoa, Gus Dur dinilai telah menghapus kekangan, tekanan, dan prasangka.

Baca: Jelang Imlek, BPPT Modifikasi Cuaca Antisipasi Curah Hujan Lebat di Jabodetabek

Pada masa lalu, kaum Tionghoa kerap mendapati stigma buruk, baik dari Pemerintah Indonesia, maupun masyarakat pada umumnya.

Gus Dur juga dinilai telah berjasa menjadikan semua warga negara menjadi setara.

Dalam artikel Kompas.com berjudul "Ini Alasan Gus Dur Diberi Gelar "Bapak Tionghoa Indonesia," yang terbit pada 23 Agustus 2014, dijelaskan, penghormatan terhadap Gus Dur diberikan dalam bentuk Sinci papan penghargaan yang akan dipasang di klenteng tersebut.

Apa alasan Gus Dur dianugerahi penghargaan tersebut?

Dalam Talk Show "Makna Peletakan Sinci Gus Dur" di Gedung Rasa Dharma Semarang, Sabtu (23/8/2014) malam, Sugiri Kustejo, akademisi sekaligus tokoh Tionghoa memberikan alasan mengapa Gus Dur layak diberikan Sinci.

Baca: 6 Hal yang Tak Boleh Dilakukan saat Imlek, Termasuk Memberi Hadiah Jam dan Menyapu Rumah

Bagi kaum Tionghoa, Gus Dur dinilai telah menghapus kekangan, tekanan dan prasangka.
Semasa lalu, kaum Tionghoa kerap mendapati stigma buruk baik dari pemerintah Indonesia, maupun masyarakat pada umumnya.

Stigma itu misalnya, dalam bentuk keburukan yang menimpa masyarakat, kaum Tionghoa jadi tumbal.

"Dulu, semua keburukan dilimpahkan ke kami, barang mahal, kami yang disalahkan. Kalau masyarakat gagal panen, kami juga disalahkan," kata Sugiri Kustejo.

Gus Dur juga dinilai telah berjasa menjadikan semua warga negara menjadi setara. Dia merinci bagaimana sulitnya dulu kaum Tionghoa diberi kode tertentu.

"Ketika mengurus surat, karena ada kodenya, ada tarif khusus dan saya harus membayar lebih," paparnya.

Selain dua unsur tersebut, Gus Dur telah mengembalikan kebebasan berekspresi.

Baca: Imlek 2020 Makin Dekat, Simak 3 Cara Mengolah Kue Keranjang jadi Lebih Variatif

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved