Jumat, 3 Oktober 2025

Di HUT Ke-47 PDI Perjuangan, Sabam Berpesan Jadi Politisi Negarawan

Tokoh-tokoh politik di masa-masa awal kemerdekaan, meski berbeda tajam secara ideologi namun di saat yang sama mereka bisa ngopi bersama.

Editor: Hasanudin Aco
HO/Tribunnews.com
Sejumlah tokoh menghadiri ulang tahun Sabam Sirait. Nampak Ketua Umum PDIP Megawati dan Joko Widodo. 

Dengan integritas itu maka motif dan hal yang selalu diutamakan adalah kepentingan Indonesia. Di saat yang sama, dengan integritas itu tak mungkin seorang politisi menjadi perampok uang rakyat dengan korupsi.

“Politisi harus jujur. Tak boleh korupsi,” ungkap Sabam, sambil mengatakan bahwa para politisi harus banyak diskusi dengan semua elemen bangsa untuk memikirkan Indonesia.

Soal komunikasi dengan politisi lain, rekam jejak Sabam menunjukkan itu. Hubungan Sabam dengan para tokoh Islam juga sangat dekat.

Misalnya dengan tokoh demokrasi yang kemudian menjadi Ketua Umum PBNU dan menjadi Presiden RI keempat, KH Abdurrahman Wahid.

Dengan KH Abdurrahman Wahid, Sabam sangat dekat meski berbeda agama dan keyakinan. Namun keduanya dipertemukan dalam kepentingan kebangsaan dan demokrasi di Indonesia.

Sabam beberapa kali bertandang ke rumah Gus Dur, begitu KH Abdurrahman disapa. Keduanya berjanji untuk mengangantar ke kuburan, siapa saja yang lebih dahulu meninggal.

Dan ketika Gus Dur tiada, karena Sabam sedang di luar negeri, begitu tiba di Indonesia, Sabam langsung ziarah ke Jombang.

“Kita suka bertukar pikiran. Sering berbeda juga. Tapi satu visi untuk kesatuan NKRI," tandas Sabam, yang lahir pada 1936 dan berpolitik sejak zaman Bung Karno hingga Presiden Joko Widodo ini.

Hubungan Sabam dengan tokoh Muhammadiyah yang kemudian menjadi pendiri Partai Amanat Nasional, AM Fatwa, juga sangat baik dan begitu dekat. Dalam acara Natal yang dilaksanakan di Kediaman Sabam, AM Fatwa juga hadir.

Sabam Sirait dengan (Almarhum) AM Fatwa di kediaman Sabam Sirait saat Natal beberapa tahun lalu.
Sabam Sirait dengan (Almarhum) AM Fatwa di kediaman Sabam Sirait saat Natal beberapa tahun lalu. (HO/Tribunnews.com)

Fatwa pernah berkisah, saat dirinya dipecat dari PNS oleh rezim Orde Baru, hanya Sabam Sirait yang menemuinya.

Saat Fatwa dipenjara oleh rezim Orde Baru, ia juga sering berkorespondensi dengan pendiri PDI Perjuangan yang sudah menjadi sosok leganda politik Indonesia itu.

Hubungan Sabam dengan tokoh senior dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) juga sangat baik.

Hal ini kian memperpanjang jejak kenegarawan Sabam. Saat PKS demo membela Palestina, Sabam ikut turun dan bahkan ikut menyampaikan orasi.

“Saya gak pernah memanggil Pak Sabam dengan panggilan abang. Saya tetap memanggil bapak. Sebab beliau juga adalah guru politik saya,” ungkap Hidayat, saat menghadiri ulang tahun Sabam Sirait yang ke-83.

Sabam, yang menulis buku “Politik itu Suci” dan Berpolitik Bersama 7 Presiden” ini, selalu menekankan bahwa politik itu suci. Pesan ini pun sangat relevan dengan HUT PDI Perjuangan yang ke-47.

“Bung Karno memerdekan Indonesia itu politik. Kita membangun Indonesia bersama-sama juga itu politik. Karena itu politik itu suci dan tugas mulia,” demikin Sabam, yang kini menjabat sebagai anggota DPD RI untuk kedua kalinya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved