Sabtu, 4 Oktober 2025

Pengamat Intelijen dan Keamanan UI: Media Sosial Jadi Penyebab Utama Anak Muda Terpapar Radikalisme

Pengamat Intelijen dan Keamanan UI menyatakan media sosial dan ketidakpedulian orangtua menjadi penyebab utama kalangan anak muda terpapar radikalisme

Penulis: Rica Agustina
Editor: Tiara Shelavie
YouTube Najwa Shihab
Mata Najwa: Bom Bunuh Diri, Kenapa Lagi? 

Alumni mempunyai peran besar dalam memasukkan paham radikalisme di sekolah.

Mereka bisa intervensi lewat organisasi sekolah, OSIS ataupun ROHIS.

"ROHIS pada saat mencari penceramah biasanya akan melalui alumni-alumni, alumni-alumni yang dianggap punya pemahaman agama yang bagus itu rujukannya," ungkapnya.

Ketua PBNU Tanggapi Aksi Bom di Polrestabes Medan: Radikalisme Itu Penyakit

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Marsudi Syuhud memberikan tanggapan tekait aksi bom bunuh diri yang terjadi di Polrestabes Medan (13/11/2019).

Menurutnya, masalah radikalisme yang terus terjadi disebabkan pemahaman yang tidak tepat.

Radikalisme adalah penyakit yang tidak bisa diobati hanya dengan pelarangan cadar, obat dari radikalisme adalah pemahaman.

"Radikalisme itu penyakitnya, 'jangan hanya' diobati dengan pelarangan cadar, karena itu sama dengan penyakit panas yang diobati dengan es," tutur Marsudi Syuhud dilansir dari YouTube Najwa Shihab (13/11/2019).

Ia menekankan kata 'jangan hanya' saat berbicara, dan mengibaratkan radikalisme dengan penyakit panas yang diobati dengan es.

"Penyakit panas mungkin karena sakit tenggorokan, memang ada benarnya untuk mengompres dengan es. Begitu pula dengan cadar, mungkin ada benarnya karena ketika ada pengeboman dilakukan orang bercadar. Artinya yang harus ditemukan obatnya adalah pemahaman," paparnya.

KH. Dr. Marsudi Syuhud
KH. Dr. Marsudi Syuhud (humas bnpt)

Hilangnya Mata Pelajaran Pemahaman Moral Pancasila (PMP) sejak awal era reformasi (1998) hingga sekarang, membuat masyarakat di generasi tersebut kehilangan pemahaman tentang kenegaraan.

Akibatnya, generasi ini rawan disusupi paham-paham radikalisme.

"Mestinya Menteri Agama atau Pemerintah menambahkan materi di buku agama terkait Pemahaman terhadap Negara Pancasila menurut agama Islam misalnya, itulah obatnya, bukan larangan cadar," ungkapnya.

Menurutnya aksi pengeboman di simbol-simbol negara, mengindikasikan bahwa kelompok masyarakat tertentu masih menganggap Negara Indonesia bukan negara yang islamik namun masih politik dan hukum.

Ia juga menyatakan, rata-rata para pelaku aksi pengeboman berasal dari sekolah umum.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved