Kabinet Jokowi
Prabowo Diprediksi jadi Menteri Pertahanan, Nasdem Sebut Oposisi, Pengamat: Berbahaya bagi Jokowi
Seusai isu Prabowo sebagai Menteri Pertahanan, Surya Paloh mengatakan Nasdem siap untuk menjadi oposisi jika semua parpol menjadi koalisi.
Seusai isu Prabowo sebagai Menteri Pertahanan, Surya Paloh mengatakan Nasdem siap untuk menjadi oposisi jika semua parpol menjadi koalisi. Pengamat menyebut ini berbahaya bagi Jokowi.
TRIBUNNEWS.COM - Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, menyatakan dirinya diminta Presiden Jokowi untuk membantu di bidang pemerintahan, Senin (21/20/2019).
Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum DPP Partai Nasdem, Surya Paloh, mengungkap sikapnya.
Menurut Surya Paloh, jika tidak ada partai politik yang menjadi oposisi, maka partainya yang akan menduduki posisi tersebut.
Pengamat politik pun menganggap bahwa jika hal tersebut terjadi, maka akan berbahaya bagi Jokowi.
Baca: Akan Jadi Menteri, Masa Lalu Prabowo Dibongkar Pengamat Politik, Sosok Jenderal Rising Star
Baca: Prabowo Diminta Jokowi Jadi Menteri, Ini Kata Sederet Elit Politik, Bakal Minim Tikung Menikung?
Sebelumnya, Prabowo menjadi orang ke-12 yang dipanggil Jokowi ke Istana Negara menjelang pengumuman menteri, Senin (21/10/2019).
Prabowo hadir bersama Wakil Ketua Umum Gerindra, Edhy Prabowo, sekitar pukul 16.05 WIB.
Mereka mengenakan kemeja panjang berwarna putih.
Saat memasuki Istana, mereka hanya melambaikan tangan dan memberikan senyum kepada awak media.
Setelah sekitar satu jam berada di dalam Istana, Prabowo dan Edhy keluar menemui para wartawan.
Prabowo mengatakan, dirinya diminta Jokowi untuk membantu pemerintahan periode 2019-204 mendatang di bidang pertahanan.
"Saudara-saudariku sekalian, saya baru saja menghadap bapak presiden RI, yang baru kemarin dilantik. Kami diminta untuk memperkuat kabinet beliau dan saya sudah sampaikan keputusan kami dari Partai Gerindra apabila diminta kami siap membantu, hari ini siap diminta dan kami siap membantu," tutur Prabowo di Komplek Istana Kepresidenan Jakarta.

Menyatakan hal tersebut, Prabowo juga mengungkapkan bahwa Presiden telah mengizinkan dirinya untuk menyampaikan kepada publik perihal posisinya.
Diduga, Prabowo ditunjuk Jokowi sebagai Menteri Pertahanan.
"Beliau izinkan saya untuk menyampaikan bahwa saya diminta bantu di bidang pertahanan. Tadi sudah diberi beberapa pengarahan," ujar Prabowo.
Sebelumnya, isu mengenai Prabowo sebagai Menteri Pertahanan lima tahun ke depan telah mencuat ke publik.
Yang semula menjadi rival dan oposisi, Partai Gerindra kini merapat ke Jokowi.
Gerindra disinyalir beralih dari oposisi ke koalisi.
Surya Paloh pun memberi tanggapan.
Ia memberikan sinyal untuk siap menjadi oposisi jika semua parpol mendukung pemerintah.
Hal tersebut disampaikan Surya setelah menghadiri pelantikan Jokowi-Maruf, Senin (21/10/2019) lalu.
"Kalau tidak ada yang oposisi, Nasdem saja yang jadi oposisi," kata Surya Paloh.

Surya Paloh beranggapan, koalisi gemuk di pemerintahan membuat negara demokrasi tidak berjalan semestinya.
"Kita harus menjaga sistem checks and balance. Kalau tidak ada lagi yang beroposisi, demokrasi berarti sudah selesai," tuturnya.
"Negara sudah berubah menjadi otoriter atau monarki," lanjut Surya Paloh.
Pendapat Pengamat Politik
Diketahui, Partai Nasdem merupakan parpol koalisi Jokowi.
Nasdem menjadi pendukung Jokowi dalam Pilpres 2019.
Namun, pernyataan Surya Paloh yang mengatakan siap menjadi oposisi dipandang berbahaya bagi pengamat politik.
Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komaruddin, mengatakan, pernyataan Surya Paloh menunjukkan koalisi Jokowi-Ma'ruf Amin yang terlihat mulai tidak solid.
"Iya, betul (koalisi Jokowi-Ma'ruf terlihat tidak solid)," ujar Ujang di Jakarta, Senin (21/10/2019), dilansir Tribunnews.
Menurut Ujang, pernyataan Surya Paloh menjadi peringatan terhadap Jokowi yang mengakomodir Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto ke dalam kabinet.
Selain itu, faktor lain yang mendorong pernyataan tersebut adalah bisa jadi karena posisi Jaksa Agung diberikan kepada profesional, bukan kepada Nasdem.
Ujang menuturkan, hal ini bisa membahayakan Jokowi.
Sebab, kelemahan-kelemahan Jokowi pada periode lalu telah diketahui oleh Nasdem.
"Ini berbahaya bagi Jokowi karena selama lima tahun, Nasdem tahu kelemahan-kelemahan Jokowi dari dalam," ucap Ujang.
Menurut Ujang, Surya Paloh dan parpolnya memiliki peran penting dalam mendukung Jokowi pada periode sebelumnya.
Namun, peran Nasdem pada Pilpres 2019 serasa dikurangi oleh Jokowi.
Hal tersebut diprediksi menjadi faktor pendorong sikap Nasdem dan Surya Paloh sekarang.
"Karena itu, Nasdem saat ini sering mengkritik Jokowi. Bahkan siap untuk menjadi oposisi," kata Ujang.
Meskipun begitu, Ujang menilai, kemungkinan yang terjadi adalah bahwa Nasdem tetap menjadi koalisi.
Namun, Nasdem meminta porsi yang lebih besar pada periode selanjutnya.
"Dugaan saya, Nasdem tetap akan dikoalisi Jokowi namun minta perannya lebih besar lagi seperti pada periode pertama," ungkapnya.
Ujang juga mengingatkan, koalisi yang dibangun atas dasar kepentingan, kompromi politik, dan pragmatisme tak akan pernah solid.
Koalisi tersebut akan mudah pecah.