Penangkapan Terduga Teroris
Warga Ungkap Kebiasaan Aneh Anggota Densus 88 yang Menyamar untuk Tangkap Terduga Teroris
Sementara itu warga bernama Ningsih (40) juga mengaku kaget mengetahui satu diantara pedatang di wilayahnya ternyata anggota Densus 88.
Selama dua bulan ini, Iron dikenal ramah dan rajin bersosialisasi dengan warga setempat.
Sementara itu warga bernama Ningsih (40) juga mengaku kaget mengetahui satu diantara pedatang di wilayahnya ternyata anggota Densus 88.
"Saya juga kaget mas. Lah itu si Iron kan, dia yang ikut anter Densus ke rumahnya pelaku itu, udah gitu dia pake masker pas nganter itu," kata Ningsih.
Ningsih mengaku sempat bertemu Iron sebelum penggerebekan hari ini.
Dikatakan Ningsih, pertemuan sebentar itu terjadi pagi tadi, saat dirinya hendak ke pasar.
Ningsih pun mengatakan bahwa Iron mengaku akan pergi ke tukang jahit.
Namun ternyata, Iron justru kembali menggunakan seragam polisi, lengkap dengan sepucuk senjata laras panjang di tangannya.
Namun, wajahnya tampak ditutupi sebuah masker hitam.
Selama ini, lnajut Ningsih, Iron mengaku bekerja di sebuah cafe.
"Dia kan bilangnya kerja di kafe, baru tiga bulan ini. Enggak tahunya dia Densus. Jadi kayaknya (terduga teroris) sudah diintai sama si Iron ini," kata Ningsih.
Dikenal baik oleh warga sekitar, tak ada yang mencurigai Iron.
Namun, Ningsih mengungkap satu kebiasaan yang tak lazim dilakukan Iron setiap hari.
"Jadi dia tengah malam sering nongkrong sendirian di sini sambil megang HP," ucap Ningsih.
Iron biasanya duduk di warung yang menghadap ke rumah terduga teroris tersebut.
Adapun penangkapan MA berawal dari pengembangan kasus di Bekasi, di mana tujuh orang terduga teroris diamankan di sana.
MA sendiri diduga termasuk dalam jaringan ISIS, terutama Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Senin pagi, Anggota Densus 88 langsung menggeledah kediaman MA dan menemukan sejumlah barang bukti, satu di antaranya bom aktif siap diledakkan.
Bom aktif itu langsung diledakkan Polisi di sebuah lahan kosong yang tak jauh dilokasi mengingat bom tersebut sangat sensitif.
(Sumber: TribunJakarta/Kompas.com/TribunLampung)