Genjot Peningkatan Kompetensi SDM Sektor Manufaktur dan Pariwisata Melalui Proyek ISED
Pelatihan yang tepat sasaran akan membuka peluang bagi tenaga kerja terutama di industri manufaktur untuk mendapatkan keterampilan masa kini
Pariwisata berkelanjutan menjadi sektor pertama proyek ISED dan berlokasi di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Sektor kedua yang dipilih adalah manufaktur dengan fokus pada industri makanan dan minuman.
Dari sudut pandang sektor swasta, Manajer HR PT Nutrifood Indonesia, Veronica AD Shinta mengakui dampak positif dari kerjasama pelatihan dalam proyek ISED.
Namun dia mengingatkan tentang materi training yang aplikatif, sesuai kebutuhan industri.
Menurut dia, hampir semua pelaku industri manufaktur telah mengadopsi teknologi dalam mendukung pertumbuhan produktifitas perusahaan.
Namun setiap industri memiliki mesin dengan merek berbeda, bahkan bahasa program yang berbeda dalam mengoperasikan mesin produksi.
Baca: Jokowi Resmikan Waduk Gondang Karanganyar: Harapannya Dapat Meningkatkan Produktifitas Pertanian
"Jadi ketika kita terlibat dalam kerjasama proyek ISED, kendati tenaga ahli kami sudah memilki background mesin, brand produk yang dibawa trainer dalam materi training itu berbeda dengan yang kami miliki. Mereknya beda, bahasa program juga beda. Untungnya mereka dengan logika yang ada cepat belajar dan membuat replikasi training yang berbeda untuk tenaga kerja kami yang lain," jelas Shinta.
Pelaku industri manufaktur yang terlibat dalam program ISED menyambut baik kerjasama tersebut.
Training Development Supervisor PT Niramas Utama (Inaco), Fifi Novalita Sari misalnya mengatakan, seluruh program yang ditawarkan berjalan seiring dengan apa yang dibutuhkan oleh Inaco.
Selain itu kami juga memperoleh nilai tambah dan menjadi lebih produktif secara umum.
Baca: Alami Trauma dan Hartanya Habis Akibat Kerusuhan di Papua, Korban Demo Pilih Pulang Kampung
Inaco sendiri saat ini telah menjalankan produksi secara semi otomatis untuk dua pabriknya. Misalnya untuk salah satu pabrik di Bekasi, sebelum melakukan revolusi digital, pekerjaan manual saat peak season membutuhkan sekitar 600 tenaga kerja.
Kini, dengan menggunakan mesin otomatis, Inaco berhasil melakukan efisiensi dengan hanya mempekerjakan 200 tenaga kerja.
"Dampak ke kapasitas produkai di atas 50 persen pertumbuhannya. Tentu dengan mengikuti program pelatihan ketrampilan ISED, kami lebih produktif lagi," katanya.
General Manager Golden Palace Lombok, Ernanda Agung Dewobroto menambahkan pihaknya sangat mengapresiasi initiatif-inisiatif yang dilakukan oleh proyek ISED dan sangat antusias untuk turut berpartisipasi.
"Di Lombok, khususnya di industri jasa dan perhotelan, kami melihat perlunya peningkatan skill set, baik secara teknis dan juga soft-skill terutama untuk menangani e-commerse dan digital marketing. Hal ini diperlukan agar kami dapat menjadi lebih kompetitif di era Industri 4.0 ini," katanya di kesempatan yang sama.
Terkait hal itu, Angger mengatakan, aplikasi 4.0 di pariwisata memang tidak sebatas e-commerce, dan digital marketing, tetapi juga terkait dengan akses investasi dan permodalan.
"Tantangan mewujudkan 10 destinasi pariwisata baru itu adalah menghadirkan invetasi besar. Tetapi jangan lupa bahwa pariwisata itu erat dengan pembangunan manusia. Maka perlu persiapkan SDM yang mumpuni guna menangkap peluang pasar pariwisata yang besar. Supaya sustainable dan inklusif," kata Angger.