Mati Listrik di Ibu Kota dan Sekitarnya
Blackouti Juga di Negara Maju, IAGI: PLN Sudah Gerak Cepat
Kecelakaan tersebut, menurut Singgih, merupakan masalah teknis transmisi yang terjadi di Ungaran, Semarang
Herman memaparkan, gangguan blackout umumnya diawali oleh gangguan dari luar, hubungan ke tanah atau lainnya.
Gangguan juga bisa terkait dengan kelemahan dalam komponen sistem seperti kekurangan infrastruktur (N-1), asupan terkait setting proteksi, kontrol dan lain-lain. Dalam kondisi itu, jika proteksi tak bekerja sempurna, gangguan potensial untuk meluas.
Kriteria sekuriti sistem PLN seperti dimuat dlm RUPTL adalah N-1, artinya sistem didisain untuk tetap aman jika 1 komponen sistem trip [tanpa load curtailment]. Dalam sistem Jawa Bali, menurutnya, tidak semua N- 1 terpenuhi, khususnya pada transmisi. Komposisi pembangkit dan beban bisa bervariasi, bisa ada saat-saat dimana ktiteria N-1 tersebut tak terpenuhi.
Sistem Jawa Bali adalah interkoneksi yang sangat besar dengan sekitar 500 gardu Induk dan 200-an unit pembangkit serta ribuan kms transmisi.
Melalui sistem interkoneksi itu, sejatinya sistem menjadi sangat kuat sehingga jarang sekali terjadi gangguan pasokan yang disebabkan oleh pembangkit dan transmisi. Namun sebaliknya, karena begitu besar dan kompleksivitasnya sistem, jika terjadi blackout akan butuh waktu lama untuk pemulihan.
“Prinsip operasi mencegah gangguan pasokan dan mengamankan sistem terhadap kemungkinan blackout ini tentu sudah dilakukan utility seperti PLN,” ujarnya.
Tunggu Hasil Investigasi
Bagaimana mengatasinya? Untuk mengetahui akar penyebab blackout, menurut Herman, lazimnya dan memang sudah seharusnya dilakukan investigasi yang melibatkan para ahli dari luar utility.
Seperti halnya dalam “crash investigation”, semua data recorders dan data peralatan dikumpulkan dan dianalisa oleh tim penyelidik yang dibentuk.
Kemudian dibahas kemungkinan-kemungkinan penyebab, lalu disimpulkan penyebabnya; apakah karena kelemahan peralatan, defects pada komponen, kelemahan sistem proteksi atau setting-nya atau bisa juga faktor sumber daya manusia (human error).
Pada akhirnya Herman berpendapat, blackout itu sebuah musibah bagi utility, dan sudah menjadi SOP untuk mencegahnya supaya tidak terjadi.
“Musibah blackout itu layaknya kecelakaan pesawat atau kematian. Pada saat terjadinya lebih bijak jika memberi “empati” bukan mengumpat. Jangan terlalu reaktif dengan analisa-analisa dan solusi-solusi yang spekulatif tanpa mengetahui rincian kejadian dan akar masalahnya. Lebih baik kita bersabar menunggu hasil penyelidikan,” sarannya bijak.