Minggu, 5 Oktober 2025

Pemilu 2019

Dari DKI Hingga Kaltim, Ini Nama-nama Petugas KPPS yang Meninggal saat Bertugas

Sejumlah petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dinyatakan meninggal dalam proses Pemilu 2019 tersebut

Tribunnews/JEPRIMA
Petugas KPUD Jakarta Pusat saat melakukan pengecekan surat suara di GOR Senen, Jakarta Pusat, Kamis (18/4/2019). Distribusi logistik hasil pemilu dari TPS dibawa ke tingkat PPK untuk kemudian dilanjutkan rekapitulasi pada 19 April. Tribunnews/Jeprima 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pelaksanaan Pemilu Serentak (Pileg dan Pilpres) 2019 diwarnai dengan peristiwa yang memilukan.

Sejumlah petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dinyatakan meninggal dalam proses Pemilu 2019 tersebut.

Kasus meninggalnya petugas tersebut tidak hanya ada di Jakarta saja, tetapi terjadi juga di daerah lain.

Berdasarkan rangkuman Tribunnews.com, kasus kematian petugas KPPS ini terjadi di Jawa Barat hingga Kalimantan.

1 Meninggal, Lainnya Sakit di DKI Jakarta

Berdasarkan laporan yang diterima, Komisioner KPU DKI Jakarta, Nurdin mengungkapkan ada anggota KPPS yang sakit hingga meninggal selama penyelenggaraan pemilu dan Pilpres 2019.

Ia menyebut, ada satu anggota KPPS yang meninggal pada malam sebelum pemilu karena kelelahan.

Baca: Komisioner KPU Jelaskan Mengapa Banyak Petugas TPS Sakit hingga Meninggal Dunia Usai Pemilu 2019

"Kalau sakit banyak. Kalau meninggal ada 1 orang itu yang malam sebelum pemilu dia meninggal. Di TPS di Jakbar karena kecapekan," ucap Nurdin saat dihubungi di Kompas.com, Sabtu (20/4/2019).

KPU DKI Jakarta juga mendapat laporan petugas TPS yang sakit dari semua wilayah kabupaten dan kota yang ada di DKI Jakarta.

Meski demikian, Nurdin tak tahu persis jumlah petugas yang masuk rumah sakit.

"Kalau yang sakit hampir setiap kabupaten/kota ada yang sakit masuk rumah sakit lebih dari 1 orang di setiap kota," kata dia.

Nurdin mengatakan, banyaknya petugas yang sakit maupun meninggal lantaran pekerjaan pada pemilu dan pilpres kali ini lebih membutuhkan tenaga dan waktu yang ekstra dibandingkan pemilu dan pilpres pada tahun-tahun sebelumnya.

Apalagi, tahun ini diselenggarakan pemilu serentak, dari pemilihan presiden, DPR, DPRD, hingga DPD.

"Kemudian secara enggak langsung tingkat pekerjaan kemudian pikiran, tenaga juga harus ekstra. Di samping itu memang anggaran sama saja artinya yang diperoleh teman-teman. Walaupun pekerjaan banyak dananya, sama saja (dengan yang sebelumnya)," ujar dia.

12 Meninggal di Jawa Barat

Sebanyak 12 petugas kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Jawa Barat meninggal saat menjalankan tugasnya.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Barat berupaya untuk memberikan santunan kepada 12 pejuang demokrasi ini.

“Ada 12 orang di 9 kota/kabupaten di Jawa barat,” kata ketua KPU Jabar Rifqi Ali Mubarok yang dihubungi Kompas.com, Jumat (19/4/2019).

Penyebab meninggalnya para pahlawan pemilihan umum ini pun sebagian besar karena kelelahan.

Namun ada juga yang mengalami kecelakaan lalu lintas.

Berikut data petugas yang meninggal yang tercatat di KPU Jabar.

Kabupaten Purwakarta ada dua petugas KPPS yang meninggal dunia, yakni Deden Damanhuri (46), petugas TPS 03 warga Kampung Sukalaksana, Cipeundeuy, Bojong.

Ia meninggal karena pembuluh darah pecah.

Lalu Carman (45), warga kampung Gardu, Desa gardu Kiarapedes, bertugas di TPS 01.

Carman meninggal karena kelelahan.

Kabupaten Bandung ada seorang petugas KPPS bernama Indra Lesmana atau Alex (28), warga Kampung Sindangsari, Desa Banjaran Kulon, Kecamatan Banjaran, yang merupakan ketua KPPS TPS 04, meninggal setelah mengeluh merasa mual dan sakit.

Kabupaten Tasikmalaya teradapat dua petugas KPPS, H Jeje, warga Desa Mandala Mekar, Kecamatan Jatiwaras, yang merupakan Ketua KPPS TPS 02 diketahui meninggal karena kelelahan dan memiliki riwayat jantung.

Lalu Supriyanto, warga Cigalontang yang merupakan ketua KPPS TPS 11 ini juga meninggal akibat kelelahan.

Kabupaten Kuningan didapati seorang petugas TPS 04 yang diketahui bernama Nana Rismana, warga Desa Dukuh Dalem, Kecamatan Ciawigebang, juga meninggal karena kelelahan.

Kabupaten Bogor ada petugas KPPS TPS 09 yang meninggal diketahui bernama Jaenal (56), warga Desa Sukaharja, Kecamatan Cijeruk, meninggal karena kelelahan saat mengambil logistik di gudang penyimpanan.

Kabupaten Karawang tercatat ada petugas TPS 04 yang diketahui bernama Yaya Suhaya, warga Desa Cilewo, Kecamatan Telagasari, juga meninggal karena kelelahan.

Kota Sukabumi ada petugas TPS 4, Tatang Sopandi (48), warga Jalan Dwikora, Kelurahan Warudoyong, Kecamtan Warudoyong, meninggal setelah beberapa hari memantu sorlip di gudang logistik KPU.

Almarhum sempat demam sebelum meninggal dunia.

Kabupaten Sukabumi ada dua petugas yang meninggal karena kelelahan, yakni petugas TPS 18 atas nama Idris Hadi (64), warga Kampung Cipamutih, Desa Munjul, Kecamatan Ciambar, dan petugas PAM TPS atas nama Usman Suparman, warga Kampung Selawi, Desa Warnasari, Kecamatan Sukabumi.

Kota Bekasi diketahui Ketua KPPS TPS 081 yakni Ahmad Salahudin, warga Kelurahan Kranji Bekasi Barat meninggal akibat kecelakaan lalu lintas tertabrak truk.

1 Orang Meninggal di Sukoharjo Jateng

Seorang anggota Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) di Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, bernama Yuli Anisah meninggal dunia usai hari Pencoblosan, Jumat (19/4/2019) malam.

Dari informasi yang dihumpun TribunSolo.com di rumah duka di Dukuh Kanggungan RT: 02/RW: 07, Desa Wirun, pada Sabtu (20/4/2019), Yuli diduga kelelahan usai menjadi KPPS di TPS 10 Desa Wirun.

Ketua PPS Desa Wirun, Sutupo mengatakan, Yuli meninggal akibat penyakit yang dia idap kambuh.

"Informasi yang saya dapat, almarhumah meninggal karena penyakit jantung dan asam lambung," katanya.

Dia menjelaskan selama, Yuli menjadi anggota KPPS, dalam kondisi yang sehat dan baik-baik saja.

"Selama beliau menjadi KPPS, beliau sehat."

"Oleh karena itu, saat pendaftaran beliau lolos seleksi, dan bekerja hingga proses penghitungan selesai," imbuhnya.

Dia tidak mengetahui, jika sebelumnya Yuli mempunyai riwayat penyakit jantung maupun asam lambung.

Dia menambahkan, setelah proses penghitungan suara selesai, Yuli masih melakukan aktivitasnya seperti biasa, meski di TPS 10 proses penghitungan suara hingga Subuh.

"Ibu Yuli di TPS 10 menjadi anggota KPPS, di TPS 10 selesai penghitungan suara hingga sekitar jam 04.30 wib."

"Setelah penghitungan suara, semua masih baik-baik saja, setahu saya Bu Yuli sempat membuka warung klontong miliknya," jelasnya.

Dia menambahkan, pada Jumat malam mendapatkan kabar Yuli meninggal setelah kejang dirumahnya.

Baca: Diduga Kelelahan, Dua Petugas KPPS di Kabupaten Bogor Meninggal

"Almarhumah lalu di bawa ke Rumah Sakit Kustati, tapi saat sudah sampai Rumah Sakit, beliau sudah meninggal," imbuhnya.

Yuli merupakan seorang guru dari Sekolah Paud Mawar Ceria, di Desa Wirun, dan aktif di organisasi Himpaudi.

Kepergian Yuli meninggalkan seorang suami dan seorang anaknya.

Sementara itu, Komisioner KPU Sukoharjo Divisi Perencanaan, Data, dan Informasi, Cecep Choirul saat melayat mengucapkan bela sungkawa sedalam-dalamnya.

Petugas KPPS Gantung Diri di Sleman

Tugiman, Ketua KPPS TPS 21 di Sleman dilaporkan tewas pada Jumat (19/4/2019).

Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) TPS 21 di Dusun Murten, Tridadi, Sleman, tersebut ditemukan tergantung di pojok rumahnya dua hari pascapemilu 2019.

Dikutip dari Tribun Jogja, Kapolsek Sleman Kompol Sudarno membenarkan peristiwa tersebut

Kompol Sudarno menjelaskan kronologi tewasnya Ketua KPPS TPS 21 di Sleman tersebut

"Korban ditemukan gantung diri di pojok belakang rumah," kata Sudarno malam ini.

Menurut Sudarno, Tugiman ditemukan oleh istri dan putrinya sendiri.

Saat itu istri Tugiman, Kenwanti hendak mencari suaminya tersebut. Korban pun ditemukan sekitar pukul 11.00 WIB.

Setelah ditemukan, pihak keluarga langsung melapor ke Babinsa setempat.

Segera ditemukan, dokter dari Puskesmas terdekat dihubungi untuk mengecek kondisi jenazah. Begitu juga kepolisian Polres Sleman.

"Pukul 14.45 WIB ditarik kesimpulan bahwa korban murni bunuh diri," kata Sudarno.

9 Orang Meninggal di Sumenep Jatim

Sejumlah petugas pemilu 2019 di Jawa Timur (Jatim) meninggal dunia saat menjalankan tugas.

Hingga Sabtu (20/4/2019), KPU Jatim mencatat ada sembilan orang yang meninggal dunia (penyelenggara pemilu meninggal).

Para petugas atau penyelenggara pemilu meninggal tersebut tersebar di beberapa daerah.

Yakni, Surabaya, Jombang, Kabupaten Blitar, Kota Mojokerto, Kota Malang, Lumajang, dan Kabupaten Probolinggo serta Sumenep Madura (dua orang).

Mereka yang meninggal di antaranya bertugas sebagai Kelompok Panitia Pemilihan Suara (KPPS). Termasuk, juga tenaga pengamanan.

Hal ini telah menjadi perhatian KPU Jatim. Sejauh ini, KPU Jatim telah memberikan santunan kepada keluarga mendiang.

"Beberapa sudah kita berikan santunan," kata Ketua KPU Jatim, Choirul Anam ketika dikonfirmasi di Surabaya, Sabtu (20/4/2019).

"Lainnya, sambil mengunggu perkembangan Insyaallah akan kita berikan santunan. Sementara, sambil menunggu update kab/kota lainnya," imbuhnya.

Meskipun demikian, pihaknya, kata Choirul Anam memastikan bahwa hal tersebut tak menghambat proses pemungutan suara di daerah.

"Sementara tidak (mengganggu)," katanya.

Nurul Amalia, Komisioner KPU Divisi Teknis Penyelenggaraan dan Data KPU Jatim menambahkan, bahwa pihaknya juga menerima laporan tak resmi adanya beberapa penyelenggara yang sakit.

"Hampir di tiap kabupaten/kota ada," kata Nurul ketika dikonfirmasi terpisah.

"Setiap saya berkunjung ke daerah, selalu saja ada laporan soal petugas yang sakit. Misalnya saja karena kelelahan," tukasnya.

Banyak di antara petugas tersebut kelelahan akibat panjangnya proses pemilu.

"Ada yang terpaksa memakai selang infus saat bertugas karena sakit. Penyebabnya, dia tidak mau digantikan karena merasa bertanggungjawab," katanya.

Bahkan, sebelum pemungutan suara saja banyak petugas yang kelelahan.

"Sebab, persiapan itu kan lumayan panjang. Jadi, dari bimtek, menulis C6 (undangan pemberitahuan kepada pemilih), mengedarkan C6, kemudian persiapan TPS. Itu kan nggak bisa sehari," jelasnya.

Namun, sekali lagi pihaknya memastikan bahwa hal itu tak mempengaruhi kualitas pemilu kali ini.

Para kelompok penyelenggara tetap bersikap profesional dengan menyelesaikan setiap tahapan sesuai dengan tugas masing-masing.

Data Badan AdHoc, Penyelenggara Pemilu di Jatim yang wafat saat bertugas:

Di Jombang, Iqbal, tenaga pendukung KPU Jombang meninggal karena kecelakaan setelah pulang dari gudang logistik pukul 03.00 WIB dini hari.

Soko Priyo Seputro, Ketua PPS Kendalrejo, Srengat Blitar.

Ismani, Linmas dr tps 3 Kelurahan Surodinawan, Kota Mojokerto.

Saat mengantarkan kotak suara ke kelurahan dengan menggunakan mobil pic up,ketika naik kondisi korban baik-baik saja.

Namun, memang punya riwayat penyakit jantung. Ketika tiba di kelurahan kondisinya sudah meninggal.

Agus, Anggota KPPS 04 TPS 04 Kelurahan Tlogomas Kec Lowokwaru, Malang eninggal dunia setelah mengantarkan logistik kelurahan.

Di Sumenep, ada dua yang meninggal yakni Asnawi, Anggota PPS Desa Longos Kecamatan Gapura dan  Syaiful, Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) untuk Tempat Pemungutan Suara (TPS) 03, Desa Tamidung, Kecamatan Batang-Batang, Sumenep

Petugas Ketertiban TPS 24 desa Pulo, Kecamatan tempeh, Lumajang meninggal dunia 17/4/2019 saat bertugas.

Ajis, TPS 01 Menyono Kuripan, Probolinggo.

Setelah kritis di Ruang ICU RS Dharma Husada Kota Probolinggo, meninggal dunia pada Kamis, 18 April 2019. Tugas dilanjukan oleh 6 KPPS

Badrul Munir, Anggota KPPS 19 Kelurahan Kedung Baruk kec rungkut, Surabaya meninggal di rumah sakit setelah pelaksanaan penghitungan.

Sempat pingsan, kemudian dibawa ke rumah sakit. Kemudian, wafat 12 jam berikutnya di rumah sakit.

Seorang Petugas Meninggal di Samarinda Ilir

Anggota KPPS di TPS 03, Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Samarinda Ilir, Kalimantan Timur, Dany Faturrahman (41) meninggal dunia pada Kamis (18/4/2019) pagi, setelah lembur menjalankan tugasnya sebagai petugas KPPS.

Diberi Santunan

Komisi Pemilihan Umum (KPU) berencana memberikan santunan kepada petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal dunia dan sakit karena kelelahan melakukan penghitungan suara di TPS.

"Ya bisa nanti orang sakit, meninggal, kita santuni lah," kata Komisioner KPU Ilham Saputra di kantor KPU Ri di Jakarta.

Ilham Saputra mengatakan, petugas KPPS yang sakit maupun meninggal dunia tidak hanya disebabkan karena faktor kelelahan, tetapi ada pula yang terkena serangan jantung.

Ia mengakui, pekerjaan sebagai penyelenggara pemilu sangat berat dan menguras tenaga.

Oleh karena itu, KPU memberikan apresiasi yang tinggi kepada seluruh jajaran penyelenggara pemilu.

Baca: Diduga Lelah dan Penyakitnya Kambuh, Seorang Anggota KPPS di Sukoharjo Meninggal

"Atas nama KPU RI apresiasi kepada penyelenggara pemilu bawah, petugas KPPS yang sakit, yang meninggal," ujar Ilham Saputra.

"Menurut kami, mereka pahlawan demokrasi yang kemudian nanti akan berikan penghargaan kepada mereka semua, juga penyelenggara pemilu kabupaten dan provinsi yang menyelenggarakan Pemilu 2019 yang sampak saat ini relatif berjalan baik," sambungnya. (Tribunnews.com/TribunSolo.com/TribunMadura.com/Tribun Jogja/Kompas.com)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved