Pemilu 2019
Grace Natalie Legowo PSI Tidak Bisa Melenggang ke Senayan, Simak Wawancara Lengkapnya
Ketua umum PSI, Grace Natalie legowo menerima kenyataan bila partai yang dipimpinnya tidak lolos ke masuk DPR RI.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) hampir bisa dipastikan tidak dapat melenggang ke Senayan.
Ketua umum PSI, Grace Natalie legowo menerima kenyataan bila partai yang dipimpinnya tidak lolos ke masuk DPR RI.
Ia pun mengucapkan rasa terima kasih kepada masyarakat yang sudah memilih partai yang dipimpinnya.
Selain menerima kenyataan tersebut, wanita yang pernah bekerja sebagai jurnalis ini menyatakan siap membuat gebrakan baru dalam perpolitikan Tanah Air.
Baca: Kampanyenya Lebih Senyap, Tetapi Kenapa Jokowi-Maruf Mampu Menguasai Jatim?
Mau tahu seperti apa gebrakan politik ala PSI? Mari simak wawancara Tribunnews.com dengan Grace Natalie baru-baru ini.
PSI kan berpeluang tidak lolos ke Senayan, bagaimana tanggapannya?
Kita langsung menyatakan terima kasih kepada semua yang telah mensupport.
Tapi memang yang dibutuhkan 4 persen itu belum tercukupi.
Tetapi kita akan tetap menjaga semua amanah dan ada kabar yang menggembirakan, kan? Banyak di berbagai tempat di luar negeri, PSI bahkan nomor 1, gitu kan.
Kemudian di DKI Jakarta kita nomor 4. Pertama PDIP, kedua Gerindra, ketiga PKS, keempat PSI.
Sebagai ketua umum, ada rasa gagal nggak bisa bawa partai ke Senayan?
Nggak, ah. Apalagi kalau kita lihat hari ini di medsos gitu kan, di Twitter banyak orang yang mengapresiasi pekerjaan kami.
Kami, nih, nggak henti-hentinya dari kemarin menerima pesan, kalah tapi rasa menang gitu, ya.
Karena banyak banget yang memberikan ucapan selamat, memberikan semangat supaya jangan putus. Itu banyaknya bukan main.
Saya nggak tahu kalau PSI menang banyaknya kayak apa.
Baca: Kelelahan Persiapkan TPS, Dua Petugas KPPS di Bandung Meninggal Menjelang Pencoblosan
Karena kita nggak nyampe 4 persen aja luar biasa sekali nggak berhenti-berhenti.
Yang masuk (dukungan) nggak cuma ke saya ya, tapi ke sekjen, ke caleg-caleg, dan sebagainya.
Jadi tidak menyesal sama sekali. Dan yang membuat saya sangat bangga, kami berhasil membuktikan politik figur, politik agama, money politic itu sebenarnya bisa dihindari.
Kalau kita program yang jelas, kalau, mohon maaf, tidak punya program yang jelas, ya jualannya begitu melulu.
Evaluasinya sejauh ini sampai nggak lolos?
Kalau buat kami, problemnya di kurang waktu sih, kurang waktu ya.
Jadi sosialisasi sangat sulit. Apalagi ini berdekatan, pemilihan presiden dan pemilihan legislatif bareng.
Untuk waktu yang lama, masyarakat itu tahunya hanya pilpres saja, baru terakhir-terakhir saja mereka mulai ngeh ada pemilihan legislatif.
Bahkan baru hari-hari terakhir orang kasak-kusuk bingung, 'jadi kita pilih siapa nih dapil kita', kelihatan sekali.
Jadi kurang sosialisasi. Mungkin kedepan jangan digabung lagi deh, nih, pemilihan legislatif dan pemilihan presiden.
Baca: Helikopter TNI Jadi Objek Foto Wisatawan di Monas
Karena masyarakat itu bingung dan waktu sosialisasi jadi pendek.
Jadi partai dan caleg tidak bisa bersosialisasi dengan optimal.
Terkait perolehan suara yang didapat hasil quick count internal?
Jadi, ya, quick count itu bisa dipercaya kok, kalau hari ini masih ada perdebatan soal quick count, ya.
Quick count dilakukan dengan teknologi yang benar, oleh lembaga yang kredibel, itu sangat-sangat bisa dipercaya.
Oleh karenanya, kami langsung membuat convention speech agar kita menghormati proses yang ada.
Dan juga mempersiapkan pemilih dan suporter yang siap menerima hasilnya.
Dan siap menerima hasil yang akhir yang dikeluarkan KPU.
Karena presisi dari QC atau quick count bagus banget.
Kembali ke perolehan suara di luar negeri, kok bisa lebih tinggi dibanding di sini?
Mungkin karena PSI backbone-nya adalah media sosial. Jadi kami media sosial terbaik dari semua partai, ya.
Memang kita ngerjakan itu dengan serius, dan lagipula lebih murah. Nah orang-orang di luar negeri kan sudah sangat biasa menggunakan media sosial.
Makanya kelihatan di berbagai kota besar yang kita dapat informasi, Jakarta sudah nomor 4, kabarnya kota Surabaya nomor 2, kita masih nunggu lagi nih hasil-hasil yang lain.
Tapi kalau iya, berarti ada kesamaan karakteristik, yaitu pemilih-pemilih rasional, pemilih yang kritis berpendidikan, dan punya akses yang baik pada media sosial. Ini cukup respon baik dengan gagasan kami.
Untuk DPRD sendiri komitmen PSI gimana?
Kita ingin bekerja dengan baik, menunjukkan kepada masyarakat kritik kita selama ini kepada DPR ataupun DPRD. DPR, DPRD kita hari ini tidak tahu yang mewakili kita itu siapa dan kerjanya apa di dalam sana.
Baru mulai terdengar kalau ada berita-berita yang kebanyakan negatif, jarang prestasi.
Jadi kami di sana, meskipun di level provinsi kabupaten dan kota, yang PSI gagas adalah adanya transparansi pada kinerja dewan, dan itu bisa kita lakukan.
Cara memberi tahu ke masyarakat soal transparansi kinerja dewan itu gimana?
Kita akan langusung merapikan aplikasi Solidaritas yang oernah kami luncurkan ke publik.
Jadi buat yang belum tahu, PSI membuat infrastruktur digital, wujudnya aplikasi, namanya aplikasi Solidaritas.
Dimana di situ semua anggota DPRD kami wajib melapor ke publik setiap hari, rapat-rapat live, termasuk membahas peraturan daerah dan anggaran, apalagi anggaran DKI yang jumlahnya fantastis, Rp 88 triliun.
Kalau kita lihat kan anggarannya mengalami kenaikan yang fantastis, terutama di pos-pos yang tidak berkontak langsung ke masyarakat, kunjungan kerja, rapat-rapat, dan sebagainya.
Nah, ini harus ada transparansi, Rp 88 triliun itu besar sekali.
Jadi akan kita buat rapat-rapat anggaran, rapat-rapat membahas peraturan daerah, kunjungan kerja, menjadi transparan.
Agar warga DKI di manapun atau warga provinsi dan kabupaten lain bisa tahu anggota dewan dari PSI yang telah dipilihnya ngapain selama menjadi wakil rakyat.
Dan tidak hanya itu, kalau ada aspirasi, ada keluhan, ada saran, langsung bisa disampaikan melalui aplikasi.
Terus asyiknya lagi, bisa dinilai kinerjanya oleh masyarakat langsung.
Jadi kita ingin membawa cara baru berpolitik, ini jaman udah canggih, sopir Gojek dan Grab saja bisa kita nilai.
Baca: Kebakaran di Bandara Ngurah Rai, Bali Dipastikan Tidak Mengganggu Aktivitas Penerbangan
Masa anggota dewan kita ngapain sehari-hari aja kita nggak tahu, iya nggak? Jadi ini akan menyenangkan, dalam artian akan exciting.
Kita udah tidak sabar menerapkan apa yang kami idam-idamkam, eksperimentasi politik. Kalau kita bisa (membawa) ini ke level DPRD, dan masyarakat bisa melihat cara kerjanya aplikasi ini, ya kami optimis banget 2024 orang akan lebih banyak lagi yang mendukung PSI.
Oh iya, arti suara 2 persen buat PSI itu apa ?
2 persen buat kami, tiga juta orang kan, ya? Buat kami itu prestasi.
Disaat kami tidak punya figur. Karena politik kita kan selama ini, dari PSI berdiri, orang bilang gini 'susah kalau nggak ada figur, karena semua partai jual figur'.
Tapi kami hari ini membuktikan, bahwa tanpa figur pun kita bisa meraih suara yang cukup signifikan, tetapi yang dikedepankan tentunya program, substansi, tanpa jual agama, politik agama yang sekarang lagi naik nih, politik identitas.
Tanpa jualan itu kita bisa mendapatkan kepercayaan dari 3 juta orang pemilih ideologis.
Tanpa money politic. Kita, nih, selama kampanye, nggak bikin bagi-bagi sembako, sekalipun pasar murah.
Baca: Prabowo Minta Pendukungnya Terus Kawal Proses Rekapitulasi Suara
Tapi ternyata kita bisa dapatkan nomor 4 di DKI Jakarta. Jadi menurut saya itu modal, dan ini semoga bisa menggelinding jadi cara baru berpolitik yang, tinggalkan deh politik-politik figur, tinggalkan jual-jualan agama, bawa agama dalam arena politik tuh bahaya.
Memecah belah bangsa dan tinggalkan money politic yang selama ini dikeluhkan orang, yang katanya politik mahal segala macem.
Buktinya kita bisa, nomor 4 tanpa melakukan itu semua. Jadi kami harap ini akan jadi modal yang akan bergulir kedepan, menuju politik modern.
Terakhir, apa sudah ada tawaran jadi menteri dari Jokowi?
Saya belum mau bicara soal itu (senyum)