Eksklusif Tribunnews
Penyebaran Hoaks Jelang Pemilu Buat Pemilih Pemula Apatis
Dalam laporan “Digital Around The World 2019”, terungkap dari total 268,2 juta penduduk Indonesia, 150 juta diantaranya telah menggunakan media sosial
Padahal, ini kalau data statistik untuk sosial media mereka pakai 3 jam per hari, 3 jam per hari kalau mereka apatis, ini paling hoaks lagi padahal bukan hoaks, ini paling tidak bermanfaat padahal bermanfaat.
Ujung-ujungnya mereka akan mengambil keputusan yang salah, karena informasi yang mereka dapatkan apatis atau salah. Kaitan banyak, proses demokrasi, pemilu, isu kesehatan, pendidikan apapun jangan sampai generasi milenial ini salah.
Dan kami tidak ingin mereka memilih atau memutuskan tidak memilih berdasarkan informasi yang salah atau informasi hoaks. Politik bukan aktif harus masuk partai, tidak. Tetapi ikut dalam demokrasi tadi dalam pemilu kita dorong juga. Jangan sampai mereka memilih atau tidak mau ikut memilih hanya gara-gara hoaks.
Bagaimana upaya menanggulangi hoaks?
Presiden Joko Widodo pada saat sidang MPR 2018 kemarin sudah ngomong, ini pentingnya literasi digital. Makanya, Kemenkominfo pendekatan dari hulu ke hilir. Dari hilir bersama dengan kepolisian untuk penegakan hukum. Kalau ada kasus pidana dan segala macam termasuk kalau misalnya pemblokiran.
Sedangkan, kalau dari sisi hulu itu literasi digital. Kita ada kerjasama dengan masyarakat sipil mendorong gerakan nasional literasi digital cyber kreasi.
Itu salah satu yang kita dorong. Kami punya 98 institusi dari multistakeholder yang bergabung di gerakan itu termasuk dari kemenkominfo juga. Ini membikin road show ke sekolah-sekolah. Ke anak muda ke orang tua
Ini yang kemudian mengapa kita sekarang masif melakukan edukasi literasi digital bekerjasama dengan macam-macam pihak. Kami keliling dari kota ke kota dari masyarakat ke masyarakat dari kampus ke sekolah dan segala macam.
Kami bikin edukasi bagaimana itu hoaks bagaimana itu mengantisipasi dan bagaimana anak muda tetap positif thinking tetap memiliki keinginan untuk ikut dalam proses demokrasi ikut memilih sebisa mungkin tidak golput dan memilih dalam mendapatkan informasi yang benar.
Kemarin kami dalam satu bulan sudah mengunjungi 8-9 kota untuk edukasi ketemu dengan masyarakat ketemu dengan generasi millenial. Dari yang sifatnya diskusi santai lesehan sampai membuat acara yang sifatnya setengah resmi dalam ruang pertemuan. Sepanjang minggu ini dan minggu depan ada lagi. Di Solo, Madiun, itu di sisi literasi digital.
Bagaimana upaya menyampaikan informasi secara langsung kepada masyarakat terkait hoaks?
Kemenkominfo juga membuat laporan rutin berkala tentang hoaks, seminggu sekali itu dirilis bisa sekitar, 10, 15, 20, hoaks ini apa saja yang masuk dan diidentifikasi kemudian dirilis ke publik dalam bentuk PDF jadi publik bisa lihat.
Itu bisa di stophoax.id atau di aduankonten.id itu kita buka aduankonten.id, silakan untuk melaporkan nanti laporan hasil bisa dilihat di stophoax.id. juga, kemudian kalau di instagram, skearang IG tranding instagram, kemenkominfo buka channel namanya misslambehhoaks, ini supaya orang familiar kan sudah ada lambe, lambe sana sini, sekarang kita misslambehoaks.
Itu sifatnya edukatif, entertaining. Menceritakan hoaks ini segala macam. Itu dari sisi hulu edukasi, dari sisi hilir sudah jelas kami kerjasama dengan mabes polri untuk penegakan hukum.
Bisa saja kasus hoaks yang terkait surat suara, atau penegakan hukum apabila perlu dilakukan blokir atau filtering atau pemutusan akses terhadap konten yang jelas melanggar hukum.
Baca: Jelang Pemilu Menkominfo Sudah Temukan 771 Hoaks, Paling Banyak Terkait Politik dan Agama