Seleksi yang Transparan Antar Anak Pedagang Es Doger Jadi CPNS
Keringat Unu Hidayat sebagai pedagang es doger keliling di Kota Bandung, terbayar oleh kelulusan puteranya, Oki Priyadi (31) sebagai Calon Pegawai Neg
Keringat Unu Hidayat sebagai pedagang es doger keliling di Kota Bandung, terbayar oleh kelulusan puteranya, Oki Priyadi (31) sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB).
“Ki, kamu bisa. Walaupun keluarga kita belum ada yang jadi PNS, tapi kamu bisa,” ujar Oki, menirukan ucapan ayahnya di sela-sela pemberkasan CPNS di Jakarta pekan lalu.
Lahir dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi, tak lantas membuat semangat Oki kendor dalam menggapai cita-citanya untuk menjadi abdi negara. Baginya, profesi itu sangat prestisius dan bisa membanggakan keluarga, terutama ayah dan ibunya.
Langkah Oki yang akhirnya bisa menginjakkan kaki di Kementerian PANRB sebagai CPNS. Dengan bergabung di kementerian ini ia berharap dapat menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk mengubah stigma buruk birokrasi. Antara lain, masih banyak opini masyarakat yang menganggap PNS itu males-malesan, korup, dan lambat.
“Mudah2an saya bisa ikut berperan untuk mengubah image tersebut dan menyosialisasikan ke masyarakat bahwa PNS sekarang tidak seperti dulu lagi. PNS sekarang berintegritas dan punya semangat kerja tinggi,” ungkapnya seraya menambahkan bahwa ia melihat peluang berhasilnya paling tinggi.
Oki mengisahkan, menjadi PNS adalah keinginan terbesar ibu serta istrinya. Semangatnya makin terpacu saat hendak mendaftar pada rekrutmen CPNS tahun 2018. Terlebih ketika membaca karya sastra berjudul ‘Tujuh Pintu Keajaiban Rejeki’ karya Ippo Santosa. Dalam karya itu disebutkan keinginan itu seperti gelombang. Bila kita memiliki keinginan yang sama dengan dua bidadari, yakni ibu dan istri, maka gelombang itu akan semakin membesar dan ‘menembus’ langit. Dalam buku itu juga disebutkan, gelombang atau energi itu bisa menggetarkan Arasy Allah, dan Allah akan mengabulkannya.
“Dan benarlah teori tersebut, saya lulus CPNS dengan nilai yang cukup baik,” kata Oki berkisah.
Namun, cita-cita menjadi CPNS bersama sang istri tidak sepenuhnya terwujud. Bukan karena sang istri tidak lulus tes, tetapi saat kehamilannya menginjak usia tujuh bulan, istri Oki mengalami pendarahan hebat. Istri serta anak pertama Oki, dipanggil Sang Khalik. Saat-saat sulit itu pun menghadang Oki. Ia merasa putus asa dan mengurung diri di kamar hingga beberapa bulan.
“Tidak melakukan apa-apa, saya seperti kehilangan arah,” imbuhnya singkat.
Namun sebagai umat Allah, Oki tak ingin tenggelam dalam emosi jiwanya. Ia lebih berserah kepada kehendak-Nya. Sampai suatu ketika, Oki membaca ayat suci Al-Qur’an dari surat Al-Insyiroh.
Dalam surat itu, ada ayat yang tertulis, “Setelah ada kesulitan, pasti ada kemudahan.” Sejak itulah maka semangat Oki untuk menjadi PNS kembali bangkit setelah meyakini firman dari Sang Maha Kuasa itu.
Bersamaan dengan waktu pendaftaran CPNS, Oki juga mendaftar S-2 Ilmu Komputer Universitas Indonesia (UI). Dua bulan sebelum tes, ia indekos di Depok untuk latihan soal SIMAK UI sekaligus latihan soal CPNS. Alhamdulillah dua-duanya lulus. Namun karena CPNS belum boleh kuliah dulu selama satu tahun, Oki mengajukan penundaan kuliah ke UI.
Namun kelulusan Oki sebagai CPNS tidak semulus yang dibayangkan. Langkah demi langkah ia lalui untuk mengejar cita-cita ibu serta almarhumah istrinya.
Saat pengumuman Seleksi Kompetensi Dasar (SKD), namanya tidak tercantum. Putus asa sempat menghampiri Oki kembali.
“Kenapa sudah sedekah dan segala macam, masih tidak lulus,” ujarnya, yang menceritakan bahwa ia sempat mengeluh.