Senin, 29 September 2025

Natal 2018

Belajar Toleransi dan Bertenggang Rasa dari Kampung Sawah

Ada 2 gereja dan satu masjid, yakni Gereja Kristen Pasundan, Gereja Katolik Santo Servatius serta Masjid Al Jauhar Yasfi, berdiri berdampingan.

TRIBUNNEWS/ILHAM RIAN
Wakil Ketua Dewan Paroki Gereja Santo Servatius, Matheus Nalih Ungin 

Saat itu, terjadi perpecahan internal di Kristen Methodist pada tahun 1874.

“Dulu kubu terpecah menjadi dua, yakni Gereja Kulon (barat) sebagai umat Protestan dan Gereja Wetan (timur) sebagai umat Katolik yang dibatasi secara geografis oleh Jalan Raya Kampung Sawah,” cerita Matheus.

Dalam Gereja Kulon ini, terjadi perpecahan internal lagi. Akhirnya, dipelopori seorang guru bernama Nathanael yang menghadap Vikaris Keuskupan Batavia, mereka meminta agar masuk ke Katolik.

Maka dibaptislah 18 putra Kampung Sawah itu oleh keuskupan pada tanggal 6 Oktober 1896.

Pembaptisan 18 putra Kampung Sawah itu menandai berdirinya komunitas Katolik di Kampung Sawah secara de facto. Namun marga Ungin tidak menjadi salah satu orang yang dibaptis dari 18 orang tersebut. 

Pada tahun 1800an umat Muslim disebutnya belum terorganisir dengan baik secara kelembagaan. Saat itu juga belum ada rumah ibadah umat Muslim.

Kemudian, pada tahun 1972, pulanglah Kyai Rahmadin Afif dari pondok pesantren yang sekarang pendiri Yasfi.

Sejak kepulangannya, umat Muslim di Kampung Sawah terorganisir dengan baik. Boleh dikatakan ia adalah guru dan tokoh Muslim pertama di Kampung Sawah.

Saat itu didirikan satu Masjid di daerah Pasar Kecapi. Menariknya, bendahara dari pembangunan Masjid tersebut beragama Katolik, almarhum Hasan Pario.

Dulu, katanya, sempat ada upaya untuk merusak kerukunan di Kampung Pancasila ini. Ada pendakwah yang berusaha 'mengompori' umat Muslim Kampung Sawah.

Di saat itu juga Kyai Rahmadin mengambil langkah bijak. Dia mematikan pengeras suara di luar, sehingga hanya terdengar di dalam saja.

“Saya sangat salut dengan Pak Kiai atas keputusannya itu, Pak Kiai mempunyai prinsip tidak boleh ada yang mengotori Kampung Sawah ini, membuat saya dan teman-teman semakin semangat menjaga persatuan,” katanya dengan antusias.

Kehidupan sosial di Kampung Sawah nyatanya memang unik. Warga Kampung Sawah tidak mengedepankan sikap fanatisme. Jadi, bila ada kegiatan yang berhubungan dengan kemasyarakatan tidak ada perselisihan.

Semuanya berbaur dalam lingkungan sosial, tidak ada masalah atau pergesekan.

“Di luar kegiatan keagamaan, saya biasa-biasa aja dan membaur dengan yang lain, ketika kami punya klub sepak bola, klub voli, semua bergabung dan tidak ada masalah. Tetapi saat masuk ke ranah agama, ya kami beribadah masing-masing,” ucap Matheus.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan