Senin, 6 Oktober 2025

Tsunami di Banten dan Lampung

Analisa Mbah Rono Terkait Tsunami Langka di Selat Sunda

Ahli geologi yang pernah menjabat sebagai Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono memberikan analisanya terkait tsunami kemarin.

Tribunnews.com/Yanuar Nurcholis Majid
Mobil Elf yang "nangkring" di salah satu balkon kamar penginapan Tanjung Lesung Beach Resort 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ahli geologi yang pernah menjabat sebagai Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono memberikan analisanya terkait tsunami di Selat Sunda yang menelan korban tewas 222 orang, Sabtu (22/12/2018).

Mbah Rono menilai tsunami langka tanpa didahului gempa itu bisa terjadi karena longsor badan Gunung Anak Krakatau.

"Bisa karena longsor badan Gunung Anak Krakatau," ujar Mbah Rono kepada Tribunnews.com, Minggu (23/12/2018).

Selain itu, menurut Mbah Rono tsunami langka di Selat Sunda itu bisa terjadi karena longsor bawah laut.

"Bisa karena longsor bawah laut," jelas Mbah Rono.

Baca: Muhammad Hanafi, Balita Korban Tsunami Banten yang Masih Terbaring di RSUD Pandeglang

"Jadi kemungkinan ada longsor di sektor tertentu akhirnya menghasilkan tsunami, tapi pada arah tertentu," ucap Mbah Rono.

Sebelumnya juga Mbah Rono menjelaskan, ada bagian tubuh sang ibu Krakatau atau bisa juga tubuh Gunung Anak Krakatau yang longsor di sisi tertentu, mengakibatkan tsunami ke arah tertentu saja, dalam hal ini arah Pandeglang.

Menurut penjelasan Surono, Gunung Anak Krakatau sendiri terbentuk di kaldera Krakatau dan puncaknya muncul ke permukaan.

"Kaldera yang sangat curam dan dalam di mana Anak Krakatau muncul di bibir kaldera, ini longsor menimbulkan tsunami," kata Surono menganalisa dalam wawancaranya di salah satu televisi swasta, Minggu (23/12/2018) malam.

"Tubuh ibu Krakatau longsor sehingga terjadi tsunami di sisi tertentu, kemungkinan besar tubuh ibu Krakatau longsor."

"Bagaimana longsor bisa memicu tsunami? Materialnya banyak sekali, kalau sekian juta kubik masuk, sekian juta air juga harus pindah, bergerak tiba-tiba."

Longsoran bawah laut ini disebut Mbah Rono sebenarnya bisa terdeteksi, namun dalam hal ini kemungkinan 'tersembunyi' di antara gempa-gempa Gunung Anak Krakatau.

"Tremor gunung Anak Krakatau yang terus-menerus, kemungkinan tenggelam di antara tremor, mana gempa karena gunung mana karena longsoran. salah satu kemungkinan adalah longsoran," tambah Surono lagi.

"Pada saat dia lepas menjadi longsoran, dia menjadi energi yang besar.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved