Kasus Terorisme
Ketatnya Pengamanan Di Lapas Keamanan Maksimum untuk Napiter Beresiko Tinggi
Keamanan di lapas dengan tingkat keamanan "Super Maximum" itu dirancang khusus untuk memisahkan para napiter high risk tersebut dengan dunia luar
Tujuannya adalah agar para petugas yang menjaga mereka tidak terpapar ideologi radikal.
"Itu one man one person. Itu nggak bisa ketemu. Dengan kita aja nggak bisa ketemu. Kita aja menggunakan alat khusus (masker) yang tidak bisa dilihat kita siapa," kata Sri.
Selain pihak Ditjen PAS, para napiter di sua lapas tersebut juga dijaga secara intensif oleh Polri, TNI, BNPT, dan Densus 88.
"Kami ada Polri, TNI, BNPT, Densus 88 bergabung di Nusakambangan," kata Sri.
Kabag Humas Ditjen PAS Ade Kusmanto menerangkan lebih jauh, khusus untuk para napiter dengan kategori high risk dibatasi waktu keluar selnya selama satu jam per hari.
Ia juga menerangkan bahwa hanya keluarga inti saja yang boleh menjenguk para napiter.
Jam kunjungan mereka pun dibatasi hanya sebulan sekali selama 15 menit per hari dalam ruangan dengan pembatas fiber transparan dan alat komunikasi seperti telepon jaringan lokal.
"Kalo yang wanita oleh suaminya, oleh anaknya. Kalo yang laki-laki oleh istri. Kalo yang belum berkeluarga oleh orang tuanya. Itu yang Super Maximum Security dan dijatah satu bulan satu kali, lima belas menit perkunjungan selesai. Dan dibatasi oleh salah satu pembatas fiber. Bicaranya by phone," kata Ade.
Meski keamanan di lapas Super Maximum Security khusus napiter dengan kategori high risk begitu ketat, namun ia menegaskan bahwa seluruh fasilitas kesehatan, pakaian, dan makanan selalu diberikan kepada para napiter.
Selain itu ia mengatakan bahwa para napiter juga diperbolehkan membaca kitab suci mereka namun dilarang membaca buku-buku berideologi radikal.
"Ya boleh Al Quran. Boleh dong, itu kan keyakinan. Tetapi buku-buku yang berbau paham radikal ya tidak boleh dong," kata Ade.