Minggu, 5 Oktober 2025

Pilpres 2019

Kritik Gatot, Tsamara: Ini Bentuk Kepedulian Saya Ingin Masjid Steril Dari Politik Partisan

"Ini bentuk kepedulian saya sebagai warga negara dan anak muda yang ingin masjid steril dari politik partisan."

Editor: Adi Suhendi
Tribunnews.com/ Theresia Felisiani
Tsamara Amany 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany menepis tudingan dirinya hanya ingin mencari sensasi di balik kritiknya terhadap mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.

Saat itu Tsamara Amany menegaskan masjid tidak boleh dipakai untuk bicara pemenangan partai politik tertentu atau kandidat tertentu.

Baca: KPK Perpanjang Masa Penahanan Keponakan Setya Novanto

Melalui akunnya Twitter @TsamaraDKI, Ketua DPP PSI ini mengatakan jika di masjid boleh bicara soal politik kebangsaan, tapi tidak pantas jika bicara politik praktis.

Sontak komentar Tsamara kepada Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo menjadi ramai diperbincangkan.

"Saya berkomentar untuk mengemukakan pendapat saya," ucap Tsamara Amany kepada Tribunnews.com melalui aplikasi pesan singkat WhatsApp, Senin (7/5/2018).

Baca: Tsamara Amany Buka Suara soal Kritikannya pada Gatot Nurmantyo: Ini Bentuk Kepedulian Saya

Tsamara menegaskan, komentarnya tersebut sebagai bentuk kepedulian dirinya sebagai warga negara dan anak muda yang ingin Masjid bersih dari politik praktis.

"Saya menganggap harus dibedakan antara bicara politik praktis dan politik kebangsaan, apalagi dilakukannya di dalam masjid," ucapnya.

Baca: Usung Gatot-AHY, Demokrat Dorong Koalisi Poros Ketiga di Luar Jokowi dan Prabowo

"Ini bentuk kepedulian saya sebagai warga negara dan anak muda yang ingin masjid steril dari politik partisan. Apa iya berpendapat dan mengkritik kini dikategorikan sebagai mencari sensasi? Jujur itu membingungkan untuk saya," tambahnya.

Tsamara mengingatkan pula, ada banyak orang punya beragam pilihan politik dan mereka semua berkumpul di masjid untuk beribadah kepada Tuhan.

Baca: Gatot Bahas Politik di Masjid, Raja Juli Antoni Singgung Kepentingan Politik Sempit yang Kotor

"Masa iya tempat suci yang jauh di atas politik mau direndahkan sebatas politik partisan," ujarnya.

Kalau bicara soal politik bangsa seperti pentingnya memerangi korupsi, kata dia, itu tidak apa-apa.

Ia pun mengaku tidak takut mengkritisi mantan Panglima TNI Gatot terkait membahas politik di Masjid.

"Mengapa harus takut? Kita hidup di alam demokrasi di mana kita bebas mengkritik siapapun," katanya.

Menurutnya hal terpenting adalah kritiknya fokus terhadap substansi, bukan serangan personal.

Selama fokus pada substansi, menurut dia tidak ada yang salah.

"Apalagi Pak Gatot sebagai mantan Panglima TNI yang saya yakini mencintai Indonesia pasti akan terbuka menerima kritik," ucapnya.

Sebelumnya, Minggu (6/5/2018), Tsamara menegaskan seharusnya Gatot bisa membedakan antara politik praktis dan politik kebangsaan.

Tsamara menambahkan, apa yang disampaikannya dengan menyebutkan contoh rasulullah yang membahas politik pemerintahan saat di Raudhah, tentunya berbeda dengan apa yang dilakukan Gatot.

"Saya yakin sebagai mantan pimpinan dari TNI yang melahirkan para pejuang penjaga NKRI, Pak Gatot sadar betul bahwa yang dilarang adalah bicara politik praktis yang pasti bersifat partisan," ujar Tsamara, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (6/5/2018).

Sehingga Gatot, kata politisi muda itu, tidak perlu merasa sakit hati lantaran pelarangan berpolitik di rumah ibadah tersebut.

"Jadi tidak perlu sampai sakit hati,” kata Tsamara.

Sebelumnya, mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo mengaku sakit hati jika ada pelarangan membahas politik di masjid.

"Sakit (hati) saya, kalau ada yang bilang masjid dilarang untuk bicara politik," kata Gatot saat mengikuti dialog di Masjid Kampus UGM Yogya, Jumat (4/5/2018).

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved