Jokowi Ajak Imam Besar Al-Azhar Berbincang-bincang di Beranda Istana Merdeka
"Yang dibahas tadi prinsipnya adalah bagaimana kita bekerjasama untuk mensyiarkan wasathiyah Islam,"
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo menerima Imam Besar dan Grand Syeikh Al-Azhar, Ahmad Muhammad Ath-Thayeb di Istana Negara, Jakarta, Senin (30/4/2018).
Pantauan Tribun di lokasi, Jokowi menerima Grand Syeikh Al-Azhar tersebut di ruangan utama Istana Merdeka dan dilanjutkan dengan berbincang-bincang sembari duduk di sofa beranda belakang.
Jokowi dalam pertemuan ini memakai baju batik cokelat lengan panjang, celana hitam, dan peci hitam.
Baca: Jangan Khawatir, Risiko Operasi Lasik Tidak Sebabkan Kebutaan
Sedangkan, Guru Besar Al-Azhar memakai baju gamis jubah hitam dan mengenakan peci putih.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, pertemuan ini dilaksanakan karena besok akan dilangsungkan Konsultasi Tingkat Tinggi (KTT) Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia, yang akan digelar di Bogor, Jawa Barat pada 1-3 Mei 2018.
"Yang dibahas tadi prinsipnya adalah bagaimana kita bekerjasama untuk mensyiarkan wasathiyah Islam," ucap Retno di komplek Istana Negara.
Baca: Wali Kota Jakarta Pusat Tak Tahu Massa Yang Hadir Dalam Pesta Rakyat di Monas Capai 100 Ribu Orang
Menurut Retno, Grand Syeikh Al-Azhar menyampaikan bahwa tantangan yang dihadapi oleh dunia muslim banyak sekali dan hal ini tidak dapat diselesaikan jika negara berpenduduk muslim tidak bersatu.
Sebelumnya, Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Din Syamsuddin mengatakan, KTT Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia akan dihadiri oleh 100 tokoh ulama dan cendikiawan muslim dari berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia.
"Saya mendapatkan mandat dari Keppres untuk mempromosikan Islam Wasatiah, karena inilah hakekatnya Islam yang menekankan pendekatan jalan tengah," ujar Din.
Baca: Kakek Pedagang Ikan Keliling Meninggal Setelah Didatangi Penagih Utang
Din menjelaskan, umat Islam dinyatakan dalam Alquran sebagai umat jalan, tentu dengan kriteria tidak sekadar moderat, toleran, penuh dengan tenggang rasa, sehingga diperlukan sikap bagi yang bertentangan dengan prinsip wasthiyah Islam.
"Kami pandang ini merupakan salah satu upaya yang harus dilakukan pertama ke dalam umat Islam dan dunia Islam untuk mengatasi kecenderungan yang bertentangan dengan prinsip, seperti ekstrimisme, radikalisme dan sebagainya," paparnya.
Din berharap Islam Wasathiyah ini nantinya akan menjadi solusi alternatif untuk mengatasi krisis peradaban global.
"Oleh banyak pakar sekarang disebut dunia mengalami disorder ketakteraturan, ketidakpastian, dan terjadi kerusakan pada peradaban global yang kiranya prinsip islam wasatiyah menjadi solusi," terang Din.
Acara ini akan dibuka Presiden Joko Widodo di Istana Bogor, Jawa Barat.
Kemudian, kegiatan selanjutnya akan dilangsungkan di sebuah hotel di kawasan Bogor.