Sabtu, 4 Oktober 2025

Kisah Priyadi Ketika Gempa Guncang Banjarnegara: Semuanya Hancur Hanya Dalam 1 Detik

Suara gemuruh, kegaduhan, dan ketakutan pascagempa Banjarnegara tak bakal bisa dilupakan Priyadi.

Editor: Adi Suhendi
Istimewa
Priyadi bersama keluarganya di tenda pengungsian. 

"Anak saya dua orang sedang duduk di sebelah lemari, di depan TV. Setelah gempa reda, saya masih tertimbun. Belum bisa bergerak. Istri saya teriak-teriak meminta pertolongan. Dua anak saya hampir ditimpa lemari yang ambruk. Tapi ibunya menahan lemari itu,” kisah Priyadi.

Namun, kala itu Priyadi tidak bisa berbuat apapun.

Tubuhnya lemas ditindih tembok beton dan atap rumahnya yang ambruk.

“Kamu jangan ngurusin bapak. Bapak ini laki-laki, insya Allah bisa bangun sendiri. Kamu tolong anak-anak dulu. Pelan-pelan bangunkan lemarinya. Setelah anak-anak aman, biarkan lemarinya ambruk,” kata Priyadi kala itu kepada istrinya.

Priyadi bersama Tim ACT melihat kondisi rumahnya
Priyadi bersama Tim ACT melihat kondisi rumahnya.

Sampai akhirnya istri dan kedua anaknya bisa menyelamatkan diri dari lemari dan atap rumah yang runtuh.

Priyadi berusaha untuk bangkit, dan alhamdulillah beton di kaki dan perutnya berhasil ia angkat perlahan.

"Simbah mana simbah? Saya berkata kepada istri, saya mencari di mana simbah. Terakhir simbah ada di dapur kata istri saya, tapi dapur sudah porak-poranda,” cerita Priyadi.  

Pelan-pelan terdengar suara simbah meminta tolong.

"Aku ketiban plafon, aku di balik pintu dapur,” ujar Priyadi menirukan suara lirih simbah atau ibunda kandungnya sendiri.

“Pintu dapur langsung saya dorong ndak bisa. Saya dobrak. Saya masuk ke plafon yang ambruk. Tangan satu angkat plafon, tangan satu lagi angkat ngempit (mengapit) simbah keluar,”tuturnya.

Setelah semua keluar dari rumah, Priyadi dan keluarganya menangis semua.

“Menangis bahagia. Alhamdulillah semua selamat. Tapi kaki saya ternyata keluar darah banyak. Sampai ndak terasa. Kaki saya sampai dijahit 15 jahitan,” ujar Priyadi.

Kini Priyadi hanya bisa merenung, membayangkan bakal tinggal di mana dalam waktu beberapa bulan ke depan.

"Rumah saya sudah hancur semuanya. Semoga Allah memudahkan lagi usaha keluarga saya untuk bikin rumah lagi. Saya hanya petani buruh, kadang juga buruh bangunan,” kata Priyadi lirih.

Ia menutup cerita dengan kenangan tentang rumahnya, rumah milik sendiri yang berhasil ia bangun dengan keringatnya sendiri, beberapa bulan lalu.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved