Senin, 6 Oktober 2025

16 Tahun Berlalu, Kisah Keluarga Korban Bom Bali I Masih Mengundang Isak Tangis

Saat mengenalkan Erni, suara Bakir tiba-tiba bergetar, dan ia melepaskan kacamata untuk mengusap air matanya.

Penulis: Ria anatasia
Tribunnews.com/Ria
Aliansi Indonesia Damai (AIDA) menggelar acara launching dan bedah buku pertama "La Tay'as (Jangan Putus Asa) Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya" karya Hasibullah Satrawi, di Hotel Akmani, Jalan KH. Wahid Hasyim No. 91, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (24/2/2018). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aliansi Indonesia Damai (AIDA) menggelar acara launching dan bedah buku pertama "La Tay'as (Jangan Putus Asa) Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya" karya Hasibullah Satrawi, di Hotel Akmani, Jalan KH. Wahid Hasyim No. 91, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (24/2/2018).

Pertemuan ini menghadirkan pembicara mantan teroris Ali fauzi Manzi, keluarga korban Bom Bali I Ni luh Erniati, guru besar UIN Prof. Azyumardi Azra, CBE dan Redaktur Pelaksana Harian Kompas Mohammad Bakir.

Baca: Berikut Jadwal Pertandingan Sepak Bola Akhir Pekan Ini

Saat mengenalkan Erni, suara Bakir tiba-tiba bergetar, dan ia melepaskan kacamata untuk mengusap air matanya.

"Mohon maaf saya kaget tiba-tiba begini. Sebelum lebih terlarut, mari sambut Ibu Ni Luh Eniati," ujar Bakir.

Ni luh Erniati menceritakan kisahnya ketika kehilangan suaminya akibat Bom Bali I pada 2012.

Suami Erni bekerja sebagai kepala pelayan di Sari Club yang adalah lokasi kejadian bom. Saat itu, usia kedua putranya 9 dan 1.5 tahun.

"Saat kejadian saya berada di rumah kos. Dengar suara ledakan dan ternyata di Legian ada bom. Sepanjang jalan Legian itu banyak berserakan potongan tubuh korban. Tapi saya kuatkan hati itu suami saya tidak kenapa-kenapa. Keesokan hari saya tunggu jam 4 pagi enggak juga pulang akhirnya cari ke Sari Club. Saya cuma berdoa suami saya pulang," cerita Erni.

Erni mengisahkan pengalamannya dengan perlahan. Sesekali ia menunda ceritanya.

Mendengar kisah itu, beberapa peserta terlihat menundukan kepalanya. Seorang pria, yang juga salah satu dari keluarga korban, menangis sambil menutup wajah dengan kedua tangannya.

Ali Fauzi Manzi, orang yang terlibat dalam peristiwa bom bali I itu, duduk di sebalah Erni sambil sesekali menatap ke arahnya.

"Sampai di Sari Club, gedungnya sudah tidak ada. Dengan mata kepala sendiri saya lihat bagaimana sukarelawan mengangkat potongan tubuh korban. Menaruh di tenda menutupi dengan kain. Di situ harapan suami saya hidup sudah hilang," kata Erni.

Erni mengatakan dirinya berjuang mencari suaminya yang hilang selama 4 bulan hingga akhirnya pihak rumah sakit mengidentifikasi tubuh suaminya.

Kepada Tribunnews.com, Erni menjelaskan sampai sekarang bayangan dan rasa sakit itu masih berbekas di hatinya. Namun, ia mengaku sudah memaafkan pelaku dan mengikhlaskan segalanya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved