Senin, 6 Oktober 2025

Di Ulang Tahunnya ke-65, Guruh Soekarnoputra Kritik Cara Bahasa, Busana dan Boga Indonesia

Guruh Soekarno Putra menilai Indonesia sudah sangat jauh dari cara berbahasa, busana dan boga (makanan) dari segi kulturnya.

Penulis: Eri Komar Sinaga
Editor: Hasanudin Aco
Tribunnews.com/Eri Komar Sinaga
Guruh Soekarno Putra. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Guruh Soekarno Putra menilai Indonesia sudah sangat jauh dari cara berbahasa, busana dan boga (makanan) dari segi kulturnya.

Guruh menilai masyarakat Indonesia dalam melakukan ketiga unsur tersebut tidak lagi mencerminkan identitas kebangsaan.

Guruh ingin agar masyarakat kembali berpakaian ala Indonesia dalam kehidupan sehari-hari atau tidak meniru cara berpakaian dari luar.

Itu merupakan pesan dari ulang tahunnya ke-65 yang dirayakan Sabtu lalu (13/1/2018).

"Harapan kami supaya bagaimana masyarakat Indonesia ini bisa menghidupkan kembali atau benahi atau melestarikan nomor satu Bahasa Indonesia," kata Guruh di Kebayoran Baru, Jakarta.

Guruh yang tampil mengenakan busamengaku sedih lantaran ketiga unsur tersebut adalah soal keseharian.

Dari segi bahasa, Guruh menyoroti pengaruh dari media massa khususnya televisi terhadap tergerusnya Bahasa Indonesia.

"Presenter atau pembawa acara selalu berbicara dalam bahasa Inggris atau acara apapun dicampur Bahasa Inggris. Tampak dari ekspresi lebih banyak menggunakan Bahasa Inggris, mereka lebih bangga, seolah-olah lebih terpelajar," kata anak dari Presiden RI ke-1 Soekarno itu.

Baca: Dwi Sasono Tak Pikir Dua Kali Saat Ditawari Perankan Guruh Soekarno Putra

Guruh tidak sepakat adanya sekolah yang menjadikan bahasa asing sebagai bahasa pengantar.

Menurut dia, itu media pendidikan tidak cocok digunakan menggunakan bahasa asing.

Guruh sebenarnya bukan antibahasa asing.

Dia mempersilakan siapapun bisa anak-anak atau masyarakat pandai berbahasa Inggris, Perancis, Arab, Tiongkok dan bahasa lainnya.

Guruh berpendapat justru penggunaan Bahasa Indonesia harus digalakkan agar bisa menjadi bahasa Internasional.

"Tetapi itu kalau dalam kurikulum sekolah masuk dalam kurikulum bukan sebagai bahasa pengantar, itu keprihatinan saya dan teman teman dalam komunitas saya," kata dia.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved