Jumat, 3 Oktober 2025

Penyanderaan di Papua

Cerita Mantan Anggota Sat81/Gultor Bebaskan Sandera di Papua

"Waktu itu cuaca cukup bagus, sehingga pasukan diperintahkan untuk berangkat,"

Editor: Adi Suhendi
Puspen TNI/Puspen TNI
Ilustrasi. 

Kolonel (purn) Fauka Noor Farid, adalah seorang anggota Sat81/Gultor Kopassus TNI AD, yang dikirim untuk membebaskan para sandera.
Saat dihubungi Tribunnews, ia menyebut bahwa saat itu pasukan Kopassus disiagakan di posko yang berada di Timika.

Baca: Seorang Rampok Minimarket Pondok Cabe Tertangkap Setelah Diteriaki Warga Saat sembunyi Di Atap Rumah

Pada tanggal 15 Mei, pagi hari, Prabowo Subianto yang saat itu menjabat Danjen Kopassus TNI AD berpangkat Jenderal bintang dua, memerintahkan pasukan untuk berangkat.

"Waktu itu cuaca cukup bagus, sehingga pasukan diperintahkan untuk berangkat," katanya.

Pasukan Baret Merah yang ikut dalam pembebasan sandera, diterbangkan dengan enam unit helikopter ke lokasi di mana para penyandera sedang melarikan diri ke hutan membawa para sandera.

Di antara yang ikut terbang ke lokasi adalah Prabowo Subianto dan Komandan Sat81/Gultor, Letkol Chairawan.

Fauka Noor Farid yang saat kejadian masih berpangkat Letnan Satu, mengingat saat itu yang dikenakan tim pembebas adalah seragam loreng standar TNI.

Setiap prajurit dibekali satu unit senjata MP5, tanpa rompi anti peluru.

Mereka langsung diterjunkan di lokasi dengan seutas tali menggunakan teknik 'fast rope,' termasuk Danjen Kopassus.

"Jadi waktu itu dipakai tali yang panjang, lebih dari lima ratus meter. Bapak (Prabowo) sampai harus membeli tali itu ke Afrika, karena tidak ada lagi yang jual," ujarnya.

Pasukan sengaja diterjunkan dari ketinggian, untuk menghindari kegaduhan.

Saat itu pasukan juga terlindungi oleh kanopi dari pepohonan di lokasi yang sangat lebat.

"Kami langsung turun, dan langsung tembak-tembakan. Kejadiannya tidak lama, kalau tidak salah cuma lima belas menit, semua pelaku bisa dilumpuhkan," katanya.

"Jadi tidak ada strategi untuk memisahkan sandera dengan penyandera, ini kan operasi khusus. Waktu itu kami cuma mengandalkan kemampuan menembak dengan tepat, supaya tidak ada sandera yang jadi korban," ujarnya.

Pada operasi tersebut, 11 sandera termasuk seluruh Warga Negara Asing (WNA) bisa dibebaskan.

Namun dua orang warga Papua yang ikut disandera, sudah terlebih dahulu dibunuh OPM sebelum penyerbuan dilakukan.

Sang pimpinan OPM, Kelly Kwalik, berhasil meloloskan diri saat itu.

Ia akhirnya terbunuh pada tahun 2009 dalam sebuah penyerbuan oleh anggota Polri.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved