Kisah Perjuangan Rohani, Bukan Bidan Tapi Jadi Pahlawan Ibu Hamil di Kampungnya
Perempuan asal Sulawesi Selatan ini, sudah menghabiskan separuh usianya untuk menolong para ibu hamil di kampungnya.
Hanya perempuan biasa, lulusan SMP, yang memiliki kepedulian tinggi terhadap keselamatan ibu hamil.
Sejak 1993, berarti sudah 20 tahun, ia berdedikasi untuk menyelamatkan para ibu hamil di kampungnya.
Caranya sederhana, namun dampaknya luar biasa.
Selama menjadi relawan/kader Puskesmas, Rohani semakin sadar betapa pentingnya memperhatikan kesehatan ibu hamil.
Masalahnya masyarakat desa mereka masih jauh dari kesadaran itu.
Dulu, sebelum Rohani menjadi relawan, kebanyakan para ibu melahirkan sendiri di rumah.
Baca: Zlatan Ibrahimovic Berlibur ke Labuan Bajo? Ini Jawaban Kadis Pariwisata NTT
Plasenta/ari-ari bayi dipotong dengan menggunakan cambile, sebilah bambu yang dijadikan pisau.
Akibatnya, banyak ibu yang mengalami pendarahan, tidak tertolong.
Belum lagi dampak lain, seperti bayi mengalami infeksi, bahkan meninggal.
Sejak Rohani menjadi relawan, keadaan para ibu hamil mulai berubah.
Walau tidak ada bidan dan tenaga kesehatan di desa itu, kini para ibu hamil mulai diberikan pencerahan untuk pergi memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas.
Dengan sabar, Rohani yang dipanggil Puang Tene itu, melayani para ibu itu.
Ia setia mengantarkan ibu hamil ke Puskesmas, untuk periksa kehamilan.
“Banyak ibu hamil yang malu datang ke Puskesmas kalau tidak ditemani,” ungkapnya.