Minggu, 5 Oktober 2025

Try Sutrisno Bicara Amandemen UUD 1945, Ini Katanya

Salah satu amandemen yang ia sesalkan, adalah pengubahan untuk memastikan Presiden RI hanya menjabat maksimal dua kali masa jabatan

Editor: Eko Sutriyanto
Tribunnews/JEPRIMA
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo saat Nonton Bareng film I Leave My Heart In Lebanon di XXI Epicentrum, Jakarta Selatan, Kamis (15/12/2016). Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo bersama Mantan Wakil Presiden RI Tri Sutrisno terlihat diantara para prajurit TNI yang tengah menonton film I Leave My Heart In Lebanon. Tribunnews/Jeprima 

Ternyata gagasan tersebut menghadirkan dampak buruk, yakni ongkos politik.

Seorang kandidat untuk menang, ia harus memiliki uang yang banyak.

Konsekuensinya, setelah menang, ia harus menebus uangnya yang sudah habis, termasuk dengan cara korupsi.

"Mau jadi bupati, tahu nggak ongkosnya, kira kira tiga puluh miliar, kalau jadi Gubernur, seratus miliar," katanya.

"Ada bupati tidak terpilih, akhirnya bunuh diri. Mungkin dia tidak bisa bayar utang, lebih baik bunuh diri. Tapi kalau dia terpilih, duit (untuk bayar utang) dari mana, ya tentu korupsi," ujarnya.

Selain itu, negara juga ikut keluar uang.

Selama Indonesia menerapkan sistem pemilihan langsung, ia menyebut sudah sekitar Rp 150 triliun uang negara habis.

Hal itu antara lain untuk memfasilitasi setiap orang yang punya hak pilih.

Jika tidak ada pemilihan langsung, uang itu tentunya bisa dialokasikan untuk hal lain, seperti pembangunan atau bantuan kesehatan.

"Belum lagi dampak lainnya jadi kubu-kubuan, seperti Pilkada DKI kemarin, ada kubunya Ahok dan kubu lain," katanya.

Di ujung kuliah umumnya, Tri Sutrisno mengingatkan, bahwa saat cita-cita demokrasi untuk mensejahterahkan rakyat Indonesia, belum juga terpenuhi, walaupun berkali-kali UUD 1945 diubah.

Ia mengingatkan, masih ada rakyat yang hidup tidak sejahtera.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved