Pemilu 2019
Partai Golkar Lakukan Revitalisasi, Demi Elektabilitas Atau Untuk Setnov?
Partai golkar, melakukan revitalisasi pengurus DPP. Sejumlah tokoh penting di partai berlogo pohon beringin tersebut, diganti.
"Ini kalau dipecat kan kecewa, keluarganya kecewa, temannya kecewa, koleganya kecewa, nanti enggak jadi milih lagi. Sikap saya seperti itu," jelas Nusron Wahid.
Namun, jika dinilai sebagai suatu keharusan, Nusron berharap Partai Golkar memecat anggotanya yang terbukti dan terlibat dalam korupsi.
Hal tersebut, menurut Nusron, akan menambah kepercayaan masyarakat terhadap partai dan menaikan elektabilitas pada Pemilukada 2018 dan Pemilihan Umum 2019 mendatang.
"Yang harus dipecat itu orang yang sudah terbukti melakukan tindakan korupsi. Itu harus dipecat, idealnya. Saya sampaikan apa adanya."
Selain Yorrys, yang diberhentikan sebagai Korbid Polhukam, Partai Golkar sebelumnya juga memberhentikan Ketua Generasi Muda Partai Golkar (GMPG) Ahmad Doli Kurnia dari keanggotaan partai, Rabu (30/8/2017).
Tidak diketahui alasan pemecatan itu, namun menurut Sekretaris Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) DKI Jakarta, Barita Ricky Tobing, pemecatan mengindikasikan bahwa para petinggi Golkar melindungi Ketua Umum DPP Partai Golkar Setya Novanto, yang terus digoyang posisinya oleh Ahmad Doli Kurnia.
Bersih-bersih Untuk Kuatkan Posisi Setnov Sebagai Ketum Golkar
Pakar Komunikasi Politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio menilai perombakan pengurus DPP Golkar, sebagai upaya penguatan posisi Setnov di Partai Golkar.
"Dan pengamanan citra Setnov di masyarakat daripada usaha memperbaiki Partai Golkar secara keseluruhan," ujarnya.
Pergantian pengurus, menurutnya tidak akan memberi pengaruh signifikan terhadap elektabilitas Partai Golkar, dalam Pemilu 2019.
"Setnov memang memiliki hak untuk mengatur penggantian struktur ini, namun akan sulit nampaknya elektabilitas Golkar terangkat hanya dengan penggantian kepengurusan ini," katanya.
Sebaliknya, Partai Golkar telah membuat blunder dengan mengganti Yorrys Raweyai sebagai Korbid Polhukam dan memecat Ahmad Doli Kurnia, salah satu kader muda mereka.
"Yorrys dan Dolly sebetulnya dua nama yang tepat berada di kepengurusan Golkar lantaran mampu membuat dinamika parpol sekelas Golkar lebih dewasa," katanya.
"Tapi kendati dipecat, saya yakin Yorrys dan Dolly tidak akan meninggalkan Golkar, setau saya mereka kader loyal, mungkin tunggu masa Setnov di Golkar selesai mereka bisa masuk lagi. Golkar kan beda dengan Demokrat atau PDIP atau Gerindra yang harus nurut sama tokoh sentralnya, Golkar gak punya tokoh sentral, semua sama, cuma kebetulan ada yg bertugas jadi ketua dan ada yang jadi anggota biasa."