Sabtu, 4 Oktober 2025

Kontras: Ada 8 Tanda-tanda Gatot Ingin Kembalikan Dwi Fungsi ABRI

Pada Mei 2016, Gatot mengeluarkan analisis bahwa Indonesia akan masuk pada zona proxy war, dengan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia.

Editor: Hendra Gunawan
Puspen TNI/Kolonel Inf Bedali Harefa, S.H.
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo didapuk sebagai pembicara dalam pengajian bulanan yang digelar Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, dengan tema ?Islam, TNI dan Kedaulatan Bangsa?, di Aula KH Ahmad Dahlan, Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng Raya No. 62, Jakarta Pusat, Jumat malam (6/10/2017). Turut hadir pada acara tersebut mantan Ketua Umum Muhammadiyah Prof. Dr. Din Syamsuddin, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Ketua PP Muhammadiyah Drs. H. Hajriyanto Y. Thohari, MA, dan Pengamat Militer Prof. Dr. Salim Said. (Puspen TNI/Kolonel Inf Bedali Harefa, S.H.) 

Juni 2017, Gatot memimpin ibadah tarawih berjemaah di bawah guyuran hujan sebagai bagian dari ‘Silahturahim safari Ramadhan 2017’ bersama dengan ribuan santri dan ulama.

Terakhir, Gatot mengeluarkan instruksi untuk melakukan nonton bareng film G30S/PKI yang ternyata tidak hanya diinstruksikan kepada jajaran internalnya, melainkan juga ajakan kepada warga sipil di sekitar markas TNI.

"Setidaknya delapan situasi di atas bisa menggambarkan secara implisit bahwa sebenarnya TNI sebagai aktor masih memiliki ambisi untuk mengembalikan lagi spirit Dwi Fungsi ABRI, yakni militer yang sibuk berpolitik," ucap Puri.

Gatot bantah berpolitik praktis

Gatot sebelumnya membantah melakukan manuver politik untuk kepentingan pemilu presiden 2019.

Gatot mengakui bahwa sebagai panglima, dirinya juga berpolitik. Namun, politik yang dia jalankan merupakan politik negara, bukan politik praktis.

Artinya, tindakan yang dia lakukan selama ini merupakan pelaksanaan tugas yang sesuai dengan konstitusi.

Hal tersebut dia ungkapkan saat menanggapi pertanyaan wartawan terkait tudingan manuver politik yang dialamatkan kepada Gatot beberapa waktu belakangan ini.

"TNI dalam posisi netral dalam politik praktis. Ini yang penting, Panglima TNI pasti berpolitik. Politiknya adalah politik negara bukan politik praktis," ujar Gatot usai memimpin upacara dan tabur bunga di atas KRI dr. Soeharso-990 saat mengarungi perairan Selat Sunda, Banten, Selasa (3/10/2017).

"Sebagai panglima saya harus melaksanakan tugas sesuai konstitusi. Politik saya politik negara," tambahnya.

Gatot menuturkan, selama 72 tahun berdiri, TNI selalu memastikan posisinya di tengah masyarakat. (Kristian Erdianto)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved