Kamis, 2 Oktober 2025

Full Day School

Menteri Perempuan dan Anak Minta Mendikbud Pertimbangkan Masalah Geografis Terkait Full Day School

"Saya dengar program sekolah delapan jam dalam sehari itu selesai pukul 16.00, saya rasa itu terlalu sore, kalau selesai pukul 15.00 tidak apa-apa,"

Penulis: Rizal Bomantama
Editor: Adi Suhendi
Tribunnews.com/ Rizal Bomantama
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise melayani pertanyaan wartawan saat mengadakan buka puasa bersama di rumah dinasnya di Jalan Denpasar Raya, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (16/6/2017). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rizal Bomantama

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise mengaku memberikan masukan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy.

Masukan diberikan terkait program sekolah lima hari yang akan dimulai pada bulan Juli 2017 mendatang.

Yohana memberi masukan terkait masalah geografis di wilayah-wilayah Indonesia yang tidak sama.

Yohana menjabarkan bahwa masalah akan timbul ketika jarak antara sekolah dan rumah anak jauh sehingga anak akan tiba di rumah pada malam hari jika pulang terlalu sore.

"Setelah munculnya isu tersebut, saya langsung ditelepon ibu-ibu dari seluruh Indonesia, mereka khawatir bila jarak antara sekolah dan rumah terlampau jauh sehingga membuat anak sampai rumah malam hari," ujarnya di rumah dinasnya Jalan Denpasar Raya No 1, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (16/6/2017).

Orangtua, menurutnya khawatir anak-anaknya bisa menjadi korban kekerasan bila pulang ke rumah malam hari.

Menteri Yohana mengatakan bahwa telepon-telepon yang ditujukan kepadanya merupakan bentuk respon masyarakat kepada program lima hari sekolah yang diusulkan Mendikbud.

Ia mendukung usulan Presiden Joko Widodo agar Mendikbud meninjau kembali program tersebut.

"Saya dengar program sekolah delapan jam dalam sehari itu selesai pukul 16.00, saya rasa itu terlalu sore, kalau selesai pukul 15.00 tidak apa-apa," katanya.

Untuk itu, pihaknua meminta Mendikbud untuk mengkaji program tersebut kembali.

"Karena semua wilayah di Indonesia memiliki karakter geografis dan masyarakat yang berbeda-beda," ucapnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved