Teroris Siber
Komisi I Sebut Serangan Ransomware Bentuk Nyata Perang Siber
Wakil Ketua Komisi I DPR Hanafi Rais menyebut serangan Ransomware bentuk nyata perang siber terbesar sepanjang sejarah.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi I DPR Hanafi Rais menyebut serangan Ransomware bentuk nyata perang siber terbesar sepanjang sejarah.
Menurutnya, serangan Ransomware baru tahap awal.
Serangan tersebut, kata Hanafi Rais, ditujukan kepada sektor kesehatan.
Karena dianggap tidak memiliki pilihan selain membayar tebusan yang diminta untuk membuka enkripsi.
"Itu pun tidak ada jaminan," kata Hanafi melalui pesan singkat, Senin (15/5/2017).
Hanafi meminta pemerintah memperhatikan keamanan siber infrastruktur kritis lain seperti listrik, gas dan perbankan.
Politikus PAN itu mengapresiasi upaya Kemenkominfo yang telah mengeluarkan edaran antisipasi serta solusi bagi jaringan yang terkena Ransomware.
"Terkait serangan Ransonware ini, pemerintah juga perlu terus mengamati jika kejahatan siber ini dimanfaatkan untuk kepentingan komersil perusahaan software," kata Hanafi.
Sebelumnya diberitakan, serangan siber berskala besar menelan 200 ribu korban 150 negara.
Di Indonesia, Rumah Sakit (RS) Kanker Dharmais di DKI Jakarta turut menjadi sasaran dari ransomware jenis Wannacry.
Serangan ini mengakibatkan pelayanan kepada pasien di rumah sakit ini terganggu.
“Saat ini, kita sedang menghadapi kasus global, yaitu adanya malware dan software yang disebut Wannacry," tutur Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, Minggu (14/5/2017).
Menurut dua serangan siber tersebut tersebut bukan hanya di Indonesia, tapi dunia internasional.
"Indonesia terkena, Dharmais iya, tetapi Indonesia bukan yang terkena paling besar saat ini,” katanya.