Minggu, 5 Oktober 2025

Dubes Ukraina Yuddy Chrisnandi yang Permintaannya Dikabulkan Presiden Jokowi

Meski demikian, dia mengakui pernah meminta jabatan dubes kepada Jokowi.

Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM/ DANY PERMANA
Mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Yuddy Chrisnandi 

Yuddy mengakui, selama ini masyarakat lebih banyak mengenal dirinya sebagai seorang politisi dan pengusaha.

Padahal, sebenarnya dia sudah bergelut sebagai akademisi sejak tahun 1995.

“Saat itu saya diminta langsung oleh Rektor Unas Bapak Umar Basalim untuk mengajar di Fakultas Ilmu Ekonomi,” kisahnya, seperti dikutip dari Laman Menpan.

Setelah lulus S2 di UI Yuddy menjadi staf penelitian di Fakultas Ekonomi UI, sebagai staf honorer.

Karena honornya terlalu kecil dan kerjanya sangat santai, dalam tahun 1994 – 1995 dia sering diundang menjadi pembicara tentang masalah-masalah ekonomi politik.

“Pada saat selesai ceramah saya duduk di sebelah pak Umar Basalim, Rektor Unas. Kemudian dia tanya, apakah kuliah saya sudah selesai. Dia kemudian meminta saya ngajar di sini, dan saya langsung ambil kesempatan itu,” kata Yuddy.

"Sambil meneruskan ke S-3 dan terus mengajar, dan tahun 2000 saya menjabat sebagai Lektor Kepala di UNAS. Karir akademik saya panjang, dan tidak pernah cuti mengajar, walau saya sempat menjabat staf khusus pada masa Presiden Megawati," katanya.

Titik tolak untuk menggapai gelar akademik tertinggi diawali pada pertengahan tahun 2011, saat Yuddy memperoleh kesempatan penilaian atas kajian ilmiah, yang akhirnya ditawari mengikuti seleksi majelis guru besar UNAS pada Januari 2012.

"Kajian saya mengenai political engineering, yakni rekayasa politik elit untuk pembangunan jangka panjang diterima. Hasilnya dibawa lagi ke Kopertis dan diseleksi selama setahun. Kala itu, jurnal yang mengantarkan saya sebagai guru besar tingkat universitas dinilai ketinggalan zaman, karena sudah terlalu lama," ungkap Yuddy.

Dia lalu membuat penelitian baru bekerja sama dengan akademisi Malaysia mengenai hubungan Indonesia-Malaysia yang kerap terjadi konflik, lantaran ada ego masing-masing negara.

Hasil penelitian itu lalu dikerucutkan pada penelitian terkait pecahnya Golkar dan terbentuknya sejumlah partai baru seperti Gerindra, Hanura dan Nasdem.

Program Yuddy

Yuddy pun mengaku sudah mempelajari mengenai situasi konflik antara Ukraina dengan negara tetangganya, Rusia.

Yuddy menyatakan hubungan diplomatik antara Ukraina dan Indonesia telah berlangsung sejak 1992 baik di bidang ekonomi, budaya, maupun politik dan pertahanan.

Karena itu, Yuddy menilai, hubungan yang telah terbangun sejak lama itu perlu kembali diperkuat agar hubungan diplomatik di antara kedua negara bisa lebih optimal.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved