Minggu, 5 Oktober 2025

Pilgub DKI Jakarta

Tiga Poros Politik Jadikan Pilkada DKI Jakarta Miniatur Pilpres 2019

DKI menjadi kontestasi tiga kutub kekuatan politik, sehingga pilkada lain seolah tenggelam

Editor: Johnson Simanjuntak
Ferdinand Waskita/Tribunnews.com

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Donal Fariz menilai Pilkada DKI merupakan miniatur perhelatan Pemilihan Presiden 2019.

Pasalnya, tiga poros kekuatan politik menjadikan Pilkada DKI menjadi magnet.

"Kutub Jokowi direpresentasikan Ahok. Prabowo direpresentasikan Anies-Sandi dan poros kekuatan SBY direpresentasikan anaknya sendiri (Agus Yudhoyono). Ini menjadi magnet karena ada Jokowi Lovers, Prabowo Lovers dan SBY Lovers dan ini menyesakkan ruang medsos," kata Donal dalam diskusi di Kantor ICW, Jakarta, Selasa (7/2/2017).

Apalagi, kata Donal, sesepuh-sesepuh partai politik juga 'turun gunung' ikut berkampanye dengan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta.

Hal itu membuat Pilkada daerah lain tidak terpublikasi. Padahal, terdapat 101 daerah yang menggelar pilkada serentak 2017.

"DKI menjadi kontestasi tiga kutub kekuatan politik, sehingga pilkada lain seolah tenggelam," ujar Donal.

Donal lalu mengungkapkan alasan ibukota menjadi medan pertempuran politik yang dasyat. Pertama, Jakarta memiliki logistik besar dengan APBN mencapai Rp70triliun.

Lalu, pengusaha dan koorporasi besar bermukim di Jakarta. "Ini menjadi keinginan poros politik menguasai Jakarta," kata Donal.

Donal mencontohkan bila Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok melakukan reklamasi belasan pulau.

Maka, dana retribusi tambahan senilai triliunan rupiah masuk ke Pemda DKI.

"Jakarta juga menjadi magnet, media bermukim. Jokowi berhasil membangun publisitas masif di Jakarta. Bisa mendekatkan kepada akses media maka satu anak tangga terlewati menuju RI1," kata Donal.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved