Minggu, 5 Oktober 2025

Kemarau, Tapi Mengapa Hujan Deras Masih Guyur Indonesia? Ini Penyebabnya

Wilayah Indonesia secara umum sejak April sampai awal pertengahan Agustus ini sebenarnya masih masuk dalam musim kemarau.

TribunnewsBogor.com/Damanhuri
Hujan deras dan angin kencang yang terjadi di Bogor membuat pohon di depan Polres Bogor tumbang pada Senin (6/6/2016). 

"Atas kondisi ini, tidak banyak wilayah Indonesia yang betul-betul merasakan musim kemarau, kalaupun mengalami, periodenya sangat pendek," kata Andi.

Ia menambahkan, akibat kondisi kemarau basah yang diperkirakan akan berlangsung hingga penghujung tahun hingga bertemu dengan masuknya kembali musim hujan, maka akan ada masa transisi.

Masa ini bisa ditandai berupa angin kencang dan puting beliung serta gelombang tinggi yang bisa terjadi mulai Agustus ini.

"Sebanyak 92,7 persen wilayah Indonesia sudah mulai akan masuk musim hujan sampai November. Dan dalam proses transisinya saat ini akan terjadi angin kencang, puting beliung dan gelombang tinggi," katanya.

Andi menjelaskan pada bulan Mei dan Juni 2016 lalu, titik api di sejumlah wilayah kebakaran hutan di Indonesia sudah mulai menurun.

Tetapi pada Agustus 2016, titik api kembali ada lagi di sejumlah wilayah di Riau, Kalimantan Barat, dan Sumatera Selatan.

"Kondisi ini tidak separah dibandingkan tahun 2015," katanya.

Berdasarkan pemantauan BMKG, kata Andi, perkembangan Hot Spot atau titik api pada September, Oktober, November, Desember nantinya hampir tidak ada.

Andi menuturkan pihaknya memprediksi Agustus ini sejumlah wilayah tetap harus mewaspadai potensi kebakaran hutan dan lahan.

Wilayah yang diminta waspada adalah Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.

Selain itu, ke depan untuk wilayah lain di Indonesia diminta meningkatkan kesiapan menghadapi musim hujan yang terjadi diperkirakan mulai Oktober atau November.

Sebab kondisi ini akan membawa dampak negatif dan positif di berbagai sektor.

"Dampak positif, yaitu meningkatnya potensi luas tanam sawah, meningkatkan frekuensi tanam, ketersediaan air untuk pertanian dan waduk," katanya.

Sedangkan beberapa dampak negatifnya kata Andi, antara lain adalah peningkatan potensi banjir dan longsor, penurunan produksi kopi, tembakau, garam, tanaman buah tropika, dan tingginya gelombang yang bisa mengganggu kegiatan nelayan. (Wartakotalive.com/Budi Sam Law Malau)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved