Kamis, 2 Oktober 2025

Kisah Ayu Perjuangkan Hak Akses dan Obat Murah Bagi Penderita Hepatitis C

Ayu adalah seorang ibu rumah tangga yang hidup dengan Hepatitis C dan HIV dalam tubuhnya selama enam tahun.

Srihandriatmo Malau/Tribunnews.com
Ayu Oktariani 

Tapi, sambung dia, persoalannya kini terletak pada sulitnya memasukkan obat itu ke Indonesia. Karena ruwet, birokrasinya yang panjang dan dramanya luar biasa harus dilewati.

Syukurlah, pengalaman kala memperjuangkan mendapatkan akses obat ARV dengan mudah dan gratis untuk pengidap HIV, menjadi semangat Ayu dan teman-temannya berjuang.

"Saat itu kita putuskan untuk membuat Petisi ini. Kami hanya ingin mengasih tahu Kementerian Kesehatan, bahwa ada obat yang kalian bisa dengan caranya yang dimiliki mendatangkannya," kritiknya.

Sangat disayangkan juga, katanya, seharusnya pemerintah lebih mengetahui terlebih dahulu mengenai perkembangan penelitian dan obat ketimbang pasien. Tapi yang terjadi sebaliknya.

Gayung pun tak bersambut. Saat itu Kementerian Kesehatan tidak melakukan apapun sebagai tanggapan nyata terhadap petisi mereka.

Pemerintah seolah tak mau peduli terhadap nasib 2 juta pengidap Hepatitis C di tanah air, demikian Ayu menyayangkan sikap pemerintah saat itu.

Tak patah arang. Ayu dan para pengidap Hepatitis C tak ingin hanya berpangku tangan dengan Kementerian Kesehatan.

Ayu dan para pengidap Hepatitis C ingin membuktikan kepada Kementerian Kesehatan bahwa mereka mampu berjuang untuk memperoleh hak akan kesehatan.

"Kita berangkatkan satu orang ke India. Kita beli obat itu untuk treatment kepada empat teman kita. termasuk saya.

"Kita pengen buktikan kepada Kemenkes, kita fight, kita cari uang sendiri," nada suara Ayu meninggi kala mengingat peristiwa itu.

Melalui penggalangan dana mandiri diantara mereka, kocek lebih Rp 22 juta untuk treatment untuk satu orang dalam enam bulan pun dikeluarkan mandiri para pengidap Hepatitis C.

Sambil mulai terapi, kata Ayu, aksi menuntut hak untuk kesehatan pun disuarakan.

"Ada Petisi, ada juga aksi demo di BPOM, di kantor Kementerian Kesehatan. Kita juga masuk ke Dokter-dokter peneliti hati," kenangnya.

Tapi apa yang diperoleh? Penentangan dan kecaman besar jadi jawaban atas tuntutan mereka.

'Kalian itu pasien. Kalian tahu apa, bahwa ini butuh riset yang panjang dan segala macam.'Demikian sambutan yang didapati saat itu.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved