Opini
Apa yang Kau Cari, Novanto
Judul artikel ini diilhami film garapan sutradara kondang Indonesia era 1960-an, Asrul Sani, Apa yang Kau Tjari, Palupi?
Jika kita lihat pernyataan dukungan dari para wakil ketua DPR seperti Fadli Zon dan Fahri Hamzah, dan juga dukungan dari para tokoh Koalisi Merah Putih (KMP) yang kini dipelesetkan menjadi Koalisi Minta Persen hasil pertemuan di rumah Prabowo Subianto pada hari Jumat, 20 November 2015, ditambah lagi susunan anggota di MKD yang lebih banyak berasal dari KMP, bukan mustahil Novanto akan melenggang tenang dari jeratan tuduhan melanggar etika DPR.
Namun, tidak sedikit anggota DPR dari dua kubu (partai-partai pendukung pemerintah dan KMP) yang masih memiliki etika dan rasionalitas yang tinggi.
Di mata mereka, salah tetap salah dan harus mendapatkan sanksi atau bahkan ganjaran hukum.
Novanto tidak hanya harus mundur dari jabatan Ketua DPR, tetapi juga harus berhadapan dengan hukum karena mencatut nama Presiden dan Wapres untuk kepentingan pribadinya.
Ini kasus KKN. Rakyat juga mendesak agar sidang-sidang MKD dilakukan secara terbuka agar ada transparansi politik dan rakyat akan tahu apakah MKD fair ataukah MKD main-main.
Permintaan saham yang mengatasnamakan Presiden dan Wakil Presiden memang ada walau dilakukan melalui negosiasi bisnis yang amat santai, tetapi tidak masuk kategori, mengutip Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan, "petty talk" (obrolan biasa).
Kebenaran harus ditegakkan. Jika tidak, nama baik Presiden dan Wapres akan tercemar.
Tak cuma itu, rakyat akan tidak lagi memercayai parlemen jika MKD tak melakukan fungsinya secara benar. Bahkan, negara akan dalam bahaya jika rakyat memandang bahwa, jika ketua DPR saja bisa mencatut nama Presiden dan Wapres untuk kepentingan dirinya dan bebas, berarti semua orang dapat melakukan hal serupa dan bebas demi hukum!
Kita masih menunggu, apakah masih ada kejujuran yang hakiki di negeri ini? Setya Novanto bisa saja lolos dari kasus ini. Namun, rakyat, khususnya di daerah pemilihannya, belum tentu memercayainya lagi.
Ikrar Nusa Bhakti
Profesor Riset LIPI
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 8 Desember 2015, di halaman 6 dengan judul "Apa yang Kau Cari, Novanto".