Perlunya Penetrasi Industri Strategis Indonesia ke Pasar Non-Tradisional
Diantaranya ke kawasan Afrika Sub-Sahara, seiring dengan perkembangan pasar yang semakin potensial dan prospektif
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Indonesia, AM Fachir, menggarisbawahi perlunya memperkuat penetrasi industri strategis Indonesia ke pasar non-tradisional.
Diantaranya ke kawasan Afrika Sub-Sahara, seiring dengan perkembangan pasar yang semakin potensial dan prospektif.
Pernyataan tersebut disampaikan Fachir pada kegiatan Video Conference dengan sepuluh Duta Besar RI di kawasan Afrika Sub-Sahara, dengan didampingi oleh Direktur Niaga dan Restrukturisasi PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan Wakil Direktur Utama PT Pindad Bidang Pengembangan Bisnis, beberapa hari lalu.
Menurut Fachir, seiring dengan peningkatan kualitasnya, produk industri strategis dalam negeri kini semakin dilirik dan diminati di banyak kawasan.
Hal ini tentunya berdampak pada peluang pasar yang semakin terbuka.
Oleh karena itu, Fachir meminta para Duta Besar beserta jajaran Perwakilan RI khususnya di kawasan Afrika Sub-Sahara untuk lebih proaktif dalam mempromosikan produk industri strategis dan dalam menangkap peluang pasar tersebut.
"Hingga saat ini Pesawat CN-235 buatan PT DI telah dibeli oleh Burkina Faso, Guinea dan Senegal. Sementara produk senjata buatan PT Pindad telah dibeli oleh Nigeria. Beberapa negara Afrika lain telah menyatakan keinginan untuk membeli produk kedua perusahaan tersebut," ujar Fachir dalam keterangannya, Senin (13/4/2015).
Selain itu, Wamenlu juga mengimbau agar para Kepala Perwakilan RI di luar negeri untuk lebih agresif dalam meningkatkan volume perdagangan, khususnya untuk produk-produk yang diimpor oleh negara-negara Sub-Sahara Afrika dari pihak atau negara ketiga.
Diharapkan ke depannya, penetarasi produk-produk Indonesia di luar negeri tidak lagi melalui proses trader atau broker.