Kamis, 2 Oktober 2025

Hukuman Mati

Ibu Terpidana Mati Asal Australia "Setiap Hari Ia Berjalan di Lembah Kematian"

Ibu Terpidana Mati Asal Australia Temui KomNas HAM.

Editor: Hasanudin Aco
ABC
Helen Chan mengatakan, ia bangga terhadap cara anaknya menghadapi sisa hidupnya di penjara. (Foto: Four Corners) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ibu dari Andrew Chan, salah satu dari dua terpidana mati asal Australia, telah memohon pengampunan sepenuh hati bagi anaknya yang kini sedang menghitung waktu eksekusi.

Helen Chan, ibu Andrew, berbicara secara eksklusif kepada program investigasi ABC ‘Four Corners’ setelah bepergian ke Bali untuk menghabiskan waktu bersama anaknya.

"Saya ingin meminta Presiden Indonesia untuk memberi grasi kepada putra saya dan memberinya kesempatan untuk mengubah masa depannya," kata Helen.

Andrew Chan dan Myuran Sukumaran akan menghadapi regu tembak Indonesia bulan ini, karena menyelundupkan heroin ke Australia dari Bali, sebagai bagian dari aksi geng ‘Bali Nine’.

Upaya banding berulang-ulang untuk membatalkan hukuman mati mereka telah gagal, dengan Presiden Joko Widodo menolak untuk memberikan grasi.

"Mengapa Presiden Indonesia tidak memberinya kesempatan dan mengasihani kami sebagai orang tua yang lanjut usia?" ujar Helen.

Ia menuturkan, "Kami sudah tua dan dalam kondisi kesehatan yang buruk dan kami tak akan hidup lama, karena itu kami tak ingin melihat anak kami pergi sebelum kami."

Helen dan ibu dari Sukumaran pada Senin (9/2/2015) bertemu dengan Komisi Hak Asasi Manusia Indonesia (KomNas HAM) di Jakarta sebagai upaya mendapatkan dukungan untuk menyelamatkan nyawa anak-anak mereka.

Mereka tiba di KomNas HAM dengan sebuah kendaraan milik Kedutaan Besar Australia, dan bertemu dengan para komisioner KomNas HAM yang, sekali lagi, menyerukan penghapusan hukuman mati dan moratorium eksekusi.

Hal itu telah lama menjadi sikap komisi tersebut, tetapi Pemerintah Indonesia tampaknya tak mungkin mendengarkan.

Helen Chan, seorang pensiunan koki yang dulunya menjalankan sebuah restoran di barat Sydney, bepergian ke Bali tiap beberapa tahun sekali untuk mengunjungi anaknya di penjara Kerobokan.

Ini diyakini menjadi yang pertama kalinya bagi Helen untuk berbicara kepada media tentang penderitaannya sebagai seorang ibu.

"Setiap hari ia berjalan di lembah kematian. Masa depannya tak diketahui," ratap ibu Andrew Chan ini.

Meski demikian, Helen mengatakan, ia bangga dengan cara anaknya telah menjalani sisa hidupnya.

"Ia bersedia untuk menghadapinya, ia tak mengabaikan kesalahannya. Inilah yang membuat saya bangga. Saya merasa bahwa ia sangat rendah hati - menghadapi kematian setiap hari, tapi tak menangis atau bersikap dramatis,” ungkapnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved