Sabtu, 4 Oktober 2025

TEPI: Jokowi Berani Ambil Risiko, SBY Takut Dibully Masyarakat

Presiden Joko Widodo yang dalam mengambil keputusan politik dapat dilihat secara nyata dalam beberapa kebijakannya.

Penulis: Rahmat Patutie
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Presiden Joko Widodo membagikan amplop berisi uang kepada Ibu-ibu warga Ciracas dalam acara Puncak Peringatan Hari Ibu, Jakarta, Senin (22/12/2014). Dalam acara tersebut Ibu-ibu warga Ciracas juga mendapatkan bingkisan yang berisi kebutuhan sehari-hari dan pelayanan kesehatan gratis. (TRIBUNNEWS/DANY PERMANA) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Koordinator Komite Pemilih Indonesia (TEPI) Jerry Sumampouw berpendapat bahwa di tahun 2014, Indonesia akhirnya melahirkan sosok kepemimpinan yang berani.

Sosok tersebut yang dimaksud adalah Presiden Joko Widodo yang dalam mengambil keputusan politik dapat dilihat secara nyata dalam beberapa kebijakannya.

"Pada tahun 2014 ini, ada dua gaya kepemimpinam yang bebeda, kalau SBY hati-hati betul dalam memilih menteri, karena tidak mau pilih figur yang dicerca publik, dia tidak berani ambil risiko. Jokowi adalah orang yang mau ambil resiko terkait keutusan politiknya," kata Jerry dalam diskusi akhir tahun yang bertajuk 'Presiden Baru Politik Pecah Belah dan Keharusan Regenerasi Elit Politik' di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, Senin (22/12/2014).

Adalah dipilihnya Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang tidak tamat SMA, menaikkan harga BBM di tengah turunnya harga minyak dunia dan pelantikan Basuki Tjahaja Purnama menjadi Gubernur DKI Jakarta di tengah gencarnya aksi penolakan oleh beberapa pihak. Itu adalah contoh kebijakan yang konkret tersebut.

"Jokowi adalah presiden yang mau ambil risiko, seperti dipilihnya Menteri Kelautan yang tidak tamat SMA, termasuk kebijakan kenaikan BBM, begitu juga dengan pelantikan Ahok yang tengah ditolak oleh pihak lain," ujar Jerry.

Menurutnya, dalam hal ini berberda dengan gaya kepemimpinan Presiden Ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono yang dianggap takut dalam mengambil risiko politik. Sementara di sisi lain, Presiden Jokowi sarat keberaniannya dalam mengambil risiko.

Selain itu, Ia juga menilai, SBY sangat takut dibully oleh Masyarakat, sementara Jokowi sebaliknya masa bodoh dan membiarkan dirinya dibully. Hal itu dilakukan Jokowi karena dia tidak mau melayani publik secara gampangan.

"SBY tidak tahan dibully sementara Jokowi membiarkan dirinya dibully. Meskipun dipilih oleh publik namun dia tidak mau melayani publik secara gampangan," usainya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved