Sabtu, 4 Oktober 2025

Penembakan Solo

Mabes Polri Pastikan Bripda Suherman Pakai Rompi Anti Peluru

Sempat menjadi teka-teki, mengapa anggota Densus 88 Antiteror Bripda Suherman, bisa tewas diterjang peluru teroris.

Penulis: Adi Suhendi
zoom-inlihat foto Mabes Polri Pastikan Bripda Suherman Pakai Rompi Anti Peluru
Tribun Timur/Muhammad Abdiwan
Aparat Polda Sulsel menghadiri upacara penyambutan jenazah Bripda Suherman, anggota Densus 88 Antiteror yang tewas dalam penyergapan kelompok terduga teroris di Solo, di Bandara Sultan Hasanuddin, Maros, Sulawesi Selatan, Sabtu (1/9/2012).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sempat menjadi teka-teki, mengapa anggota Densus 88 Antiteror Bripda Suherman, bisa tewas diterjang peluru teroris. Mabes Polri menegaskan, saat penyergapan Tim Densus sudah menjalankan prosedur dengan benar.

"Terkait dengan SOP, informasi petugas menggunakan rompi anti peluru," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Boy Rafli Amar di Gedung DPR, Jakarta, Senin (3/9/2012).

Boy menjelaskan, saat penyergapan Bripda Suherman sempat bergumul dengan Farhan di sekitar Jalan Veteran, Solo.

Kala itu, Bripda Suherman yang akan menangkap Farhan, berada dalam jarak cukup dekat, tidak lebih dari dua meterm, dengan anak tiri Abu Umar.

"Sebenarnya ingin ditangkap hidup-hidup, tapi kelompok ini kan militan, mereka tidak mau ditangkap, jadi apa yang mereka miliki ya digunakan," kata Boy.

Kemudian, Farhan yang membawa senjata api di perut bagian depan, langsung menariknya dan mengarahkan pistol jenis bareta ke arah Bripda Suherman.

"Saat akan disergap dan terjadi pergumulan, ada kesempatan sepersekian detik, mereka mengeluarkan senjata itu. Sehingga, ditembak dari jarak yang sangat dekat, jadi langsung terjatuh di lokasi," tutur Boy.

Lantas, rekan Bripda Suherman yang sudah dalam posisi siap menembak, langsung membalas tembakan Farhan. Bila terlambat menembak, kemungkinan rekan Bripda Suherman pun bisa tewas.

"Jadi, itu memang dinamika di lapangan, dan bagian dari risiko yang dihadapi petugas kepolisian, dalam arti kejahatan yang berintensitas tinggi. Itulah sesuatu yang tidak bisa kita pungkiri, harus bertaruh nyawa dengan kelompok mereka, karena biasanya mereka bawa senjata api, bom, atau granat di pinggangnya," papar Boy. (*)

BACA JUGA

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved