Jumat, 3 Oktober 2025

Hadiri Rekonsiliasi Tedjowulan Disergap Adik Hangabehi

Insiden kecil terjadi saat Penandatanganan Dukungan Dwi Tunggal Keraton Surakarta Hadiningrat di Ruang Pustakaloka,

Penulis: Y Gustaman
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-inlihat foto Hadiri Rekonsiliasi Tedjowulan Disergap Adik Hangabehi
Yogi Gustaman/Tribunnews.com
GRAy Koes Indriyah emosi terhadap KGPH Panembahan Agung Tedjowulan di Ruang Pustakaloka Kompleks DPR RI, Jakarta, Senin 4 Juni 2012. GRAy Koes Indriyah tak setuju Dwi Tunggal

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Insiden kecil terjadi saat Penandatanganan Dukungan Dwi Tunggal Keraton Surakarta Hadiningrat di Ruang Pustakaloka, Kompleks DPR RI, Jakarta, Senin (4/6/2012).

Berawal ketika KGPH Panembahan Agung Tedjowulan memasuki ruangan dicegat Gusti Raden Ayu Koes Indriyah.

Di ruangan itu sudah hadir lebih dulu Sinuhun Paku Buwono XIII Hangabehi yang dalam kepemimpinan Dwi Tunggal sebagai raja. Sementara Tedjowulan sebagai wakil raja. Sudah beberapa hari, Hangabehi keluar dari Keraton Surakarta tanpa mengabarkan apapun.

Ketika semua Putera-Puteri dalem PB XII dan Sentonodalem hadir, GRAy Koes Indriyah datang bersama GRAy Murtiyah. Karena paling dekat dengan Tedjowulan di pintu masuk, GRAy Koes Indriyah langsung emosi dengan mengacungkan jari ke arah Tedjowulan.

"Kamu ini mau masuk keraton hanya mengacak-ngacak saja," ujar GRAy Koes Indriyah. Tedjowulan yang membawa map tak mau ikut terpancing dengan emosi GRAy Indriyah. Ia hanya diam dan mendengarkan emosi GRAy Indriyah yang juga tercatat sebagai anggota DPD RI.

Karena aksinya itu, GRAy Indriyah dan GRAy Koes Murtiyah diusir dari Ruang Pustakaloka oleh Pengamanan Dalam DPR RI. Kedatangan mereka dianggap untuk membuat onar jalannya acara. Lagipula, acara penandatanganan di rumah rakyat ini atas usulan Dwi Tunggal.

GRAy Murtiyah, di luar ruangan tak terima atas perlakuan ini. Pasalnya, acara ini atas undangan Sekjen DPR. Ia mengaku datang untuk berbicara sama kakaknya yang menjadi raja yakni Hangabehi, lantara anak-anak dan isterinya mencari-cari setelah sekian lama keluar dari keraton tanpa kabar.

"Saya mau ngomong sama kakak saya yang tidak lain adalah raja saya. Saya tidak diperbolehkan masuk itu kenapa? Saya juga ada di dalam dan membawa suara rakyat yaitu komunitas adat. Ini sudah otoriter banget," ujar GRAy Murtiyah yang juga tercatat anggota Komisi IX DPR RI.

Kekesalan GRAy Murtiyah didasari, setelah Hangabehi keluar keraton, ternyata untuk menyetujui Dwi Tunggal. Menurutnya, Hangabehi membawa institusi Keraton Surakarta Hadiningrat. Sehingga segala sesuatu tentang keraton tak bisa diputuskan sendiri.

"(Hangabehi) sebagai pemangku adat. Semua yang dijalankan berdasarkan aturan adat. Kita memutuskan sesuatu harus bersama-sama dengan lembaganya, tidak bisa sendirian. Ini sudah luar biasa, sakit diperalat seperti ini," tandas GRAy Murtiyah.

Diberitakan sebelumnya, adanya Dwi Tunggal tak membuat senang Putera-Puteridalem PB XII. Dari 35 keturunannya (satu meninggal), hanya enam orang yang tak setuju. Mereka semua adalah adik Hangabehi seperti GRAy Indriyah, GRAy Murtiyah. Ada juga adik-adik Hangabehi yang pro Dwi Tunggal tapi tak hadir.

Akhirnya, penandatangan pun berjalan lancar. Acara itu turut disaksikan Ketua DPR RI Marzuki Alie, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan Menteri Pekerjaan Umum (keempatnya diwakilkan), anggota DPR dari Dapil Jawa Tengah.

Klik Juga:

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved