Sriwijaya Air Tergelincir di Pontianak
Sriwijaya Air Bisa Dievakuasi, Bandara Supadio Normal Lagi
Badan pesawat Sriwijaya Air SJ-188 yang tergelincir di Bandara Supadio Pontianak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan pesawat Sriwijaya Air SJ-188 yang tergelincir di Bandara Supadio Pontianak, Kalimantan Barat, telah berhasil dievakuasi dari lokasi kejadian, Sabtu, 2 Juni 2012, pukul 15.30 WIB. Terkait itu, terhitung sejak pukul 16.00 WIB, Bandara yang dioperasikan oleh PT Angkasa Pura II tersebut kembali dioperasikan normal seperti sedia kala.
”Alhamdulillah, berkat kerja keras semua pihak, pesawat SJ-188 telah berhasil dievakuasi dan langsung diamankan di apron Lanud Supadio milik TNI AU guna penyelidikan lebih lanjut oleh tim KNKT. Tidak ada dampak serius yang ditimbulkan terhadap landasan pacu. Kini, atas persetujuan pihak KNKT, bandara dapat kami operasikan secara normal kembali,” jelas Corporate Secretary PT Angkasa Pura II Hari Cahyono dalam siaran pers yang diterima Tribunnews.com, Sabtu(2/6/2012).
Menurut Hari, lamanya proses evakuasi terkendala oleh cuaca yang kurang bersahabat serta kontur tanah gambut yang lunak tempat pesawat terjerembab.
"Hujan sepanjang Jumat malam cukup menyulitkan tim, karena membuat tanah yang memang lunak menjadi semakin lunak. Untuk mengevakuasi pesawat berbobot 34 ton tersebut, kami menurunkan empat unit excavator dan satu unit crane berkapasitas 150 ton," imbuhnya.
Pesawat Boeing seri 737-400 beregristrasi PK-CJV yang dioperasikan maskapai Sriwijaya Air tersebut tergelincir saat melakukan pendaratan di Bandara Supadio pada pukul 12.35 WIB. Ketika pendaratan itu dilakukan, landasan pacu tengah diguyur hujan lebat dan hempasan angin kencang dengan kecepatan rata-rata 16 knot. Saat itu, pesawat tengah membawa 163 penumpang yang terdiri dari 160 penumpang dewasa, dua orang anak-anak dan seorang bayi, serta empat orang awak kabin.
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Namun akibat peristiwa tersebut, roda pendaratan bagian depan pesawat (nose wheel) patah, roda bagian kiri dan kanan (landing gear) masuk ke dalam tanah, serta posisi mesin menempel ke tanah.
Hari menjelaskan, pesawat tergelincir setelah roda pendaratan pesawat menyentuh landasan sepanjang 1.850 meter. Sementara runway Supadio sendiri berukuran 2.250 x 45 meter. Pesawat melakukan pendaratan dari arah Barat Laut atau Runway 15 yang berada di sisi kanan terminal penumpang. Lokasi tergelincirnya pesawat berada di sisi sebelah kiri terminal penumpang, berdekatan dengan Taxiway D yang mengarah ke apron Lanud Supadio. Pada posisi final approuch menuju Runway 15, jarak pandang (vissibility) saat itu masih 1 km.
”Akan tetapi, tepat ketika pesawat landing, tingkat vissibility berkurang sejalan dengan hujan yang semakin lebat, hingga akhirnya diketahui bahwa pesawat tergelincir dan terhempas keluar runway. Seketika itu pula, petugas kami di tower langsung menekan crashbell atau sirine dan berkordinasi dengan tim penanggulangan kecelakaan pesawat untuk memastikan kondisi pesawat serta melakukan proses evakuasi penumpang. Sejalan dengan itu, kami mengeluarkan pemberitahuan (Notam) penutupan bandara untuk keperluan evakuasi sejak pukul 13.15-19.00 WIB,” imbuh Hari Cahyono.
Menurut Hari Cahyono, dalam sehari, Bandara Supadio melayani sebanyak rata-rata 72 penerbangan datang dan pergi untuk rute domestik maupun internasional. Sebelum peristiwa tergelincirnya pesawat Sriwijaya, telah ada 18 penerbangan yang melakukan take-off dan landing di bandara tersebut tanpa hambatan. Landasan tidak ada masalah, karena proses perawatan dan pengecekan rutin terhadap landasan pacu yang menjadi standar prosedur kerja selalu dilakukan.
”Pasca kejadian ini, kami juga langsung melakukan pengecekan terhadap seluruh bagian runway, dan hasilnya normal. Meski sebenarnya, tanpa ada kejadian ini pun, pengecekan rutin kami selalu lakukan setiap hari. Yaitu baik sebelum jam operasi bandara dimulai maupun setelah
jam operasi bandara berakhir. Sejauh ini tidak ada kerusakan pada landasan pacu,” jelasnya. Dia menambahkan, peristiwa kecelakaan terakhir yang pernah terjadi di Bandara Supadio dialami pesawat Lion Air pada 2 November 2010 silam. ”Sepanjang 2011 sama sekali tidak ada, dan baru kali ini terjadi lagi,” ujarnya.
Sebagai dampak dari penutupan Bandara Supadio hari ini, total sebanyak 29 jadwal penerbangan dari dan menuju bandara tersebut mengalami penundaan (delay), terdiri dari 12 jadwal keberangkatan dan 17 jadwal kedatangan. Untuk keberangkatan, jadwal yang mengalami delay antara lain dari Pontianak tujuan Jakarta sebanyak tujuh penerbangan, tujuan Ketapang tiga penerbangan, tujuan Jogjakarta satu penerbangan, dan tujuan Sintang satu penerbangan.
Sementara jadwal kedatangan yang mengalami penundaaan, antara lain sembilan penerbangan dari Jakarta, satu penerbangan dari Batam, satu penerbangan dari Singapura, tiga penerbangan dari Ketapang, satu penerbangan dari Pangkalan Bun, satu penerbangan dari Sintang, serta satu penerbangan dari Natuna.
”Upaya-upaya yang dilakukan Angkasa Pura II terkait kejadian ini adalah, pertama-tama membantu maskapai mengevakuasi penumpang keluar dari pesawat hingga ke ruang tunggu internasional, mengevakuasi pesawat keluar dari lokasi tergelincir secepatnya, serta turut meng-handle penumpang/calon penumpang yang di terminal, baik di Supadio maupun bandara lain seperti Soekarno-Hatta dengan menyediakan konsumsi,” pungkas Hari Cahyono.