TEROR BOM BUKU
Anggota Densus 88 Menyamar jadi Penghuni Kontrakan
anggota Densus 88 Antiteror Polri menyamar dan mengontrak berhadapan dengan penghuni kontrakan .

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lima terduga pelaku bom buku di Pondok Kopi, rupanya telah diintai pergerakannya sejak sebulan lalu. Bahkan, tiga anggota Densus 88 Antiteror Polri menyamar dan mengontrak berhadapan dengan penghuni kontrakan yang ditangkap.
Tiga anggota Densus 88 itu mengontrak di RT 01/03 No 81 Kampung Rawadas, Pondok Kopi, Duren Sawit, Jakarta Timur, bersebelahan dengan Taman Pemakaman Umum (TPU) Tanah Merah. Bahkan, ketiga anggota Densus 88 itu ikut dalam aksi penggerebekan dan penangkapan tiga penghuni kontrakan tetangganya itu. Hal itu diungkapkan petugas TPU, Naidi, di lokasi kejadian, Jakarta, Kamis (21/4/2011).
Naidi mengungkapkan, dirinya hampir setiap mengobrol dengan tiga anggota Densus 88 yang menyamar menjadi penghuni kontrakan itu. "Yah di sini (pos TPU), saya sama petugas itu ngobrol sama ngopi-ngopi. Kalau enggak salah, mereka ngontrak di situ sudah sebulan lalu. Awalnya, saya tahu dia anggota (kepolisian) biasa. Tapi, saya baru mereka anggota Densus, pas tadi pagi dia ikut nangkap juga," ujar Naidi.
Naidi mengaku tidak tahu nama-nama ketiga anggota Densus 88 yang menyamar itu, karena ada sedikit perasaan takut. "Yah kalau pas kumpul ngobrol di sini, bisa sampai 10 orang (anggota Densus 88). Penampilan biasa saja. Tapi, saya sempat beberapa kali lihat senjatanya pada nongol di pinggang pas mereka lagi tidur-tiduran di sini. Pas mereka ikut bantu memadamkan kebakaran, di pinggang juga kelihatan," ungkapnya.
Pada Rabu (20/4/2011) sore atau sehari sebelum penangkapan, Naidi melihat memang ada pergerakan anggota kepolisian yang membuat tanda tanya baginya. Karena, hampir di setiap gang ada sejumlah orang (polisi) tak dikenal berdiri berjaga.
Menurutnya, penyamaran anggota Densus 88 itu memang sangat mulus, kendati dilakukan selama sebulan. "Kita selama ini tidak tahu pekerjaan mereka (anggota Densus 88). Hampir setiap hari, pagi, siang, malam pada kumpul. Kalau soal dana, mereka pasti tenang. Waktu itu saja, ada anggotanya yang lagi telepon komandannya, 'bos dana habis'. Kalau begitu sih, jadi tenang saja. Saya saja sering dibayarin kopi sama rokok. Malah pernah ada anak sama istrinya telepon, nanyain bapaknya lagi di mana," paparnya.