Teror Bom Buku
PBNU: Pengungkapan Teror Bom Buku Pakai Jurus Mabok
Ketua PBNU H Slamet Effendy Yusuf memprediksi, bila dilihat dari sasaran bom buku yang dituju dilakukan oleh pelaku dengan jurus mabuk.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Slamet Effendy Yusuf memprediksi, bila dilihat dari sasaran bom buku yang dituju dilakukan oleh pelaku dengan jurus mabuk, dengan target nano-nano. Untuk itu, menurut Slamet, cara penyelesaiannya juga harus dilakukan dengan jurus mabuk.
"Siapapun orang, maupun pihak yang melakukan pengiriman paket bom sedang memainkan jurus pendekar mabuk. Karena dilihat sasaran yang dituju seperti jurus pendekar mabuk dengan target nano-nano. Sasarannya segala posisi asal masyarakat bisa puyeng (pusing) dan kebingungan," kata Slamet Efendy Yusuf.
Menurutnya, aparat keamanan tidak bisa menghadapi teror paket bom buku dengan cara biasa. "Harus pakai pendekatan model pendekar mabuk juga," tambahnya.
Teror, lanjut Slamet, ditujukan agar masyarakat merasa tidak aman. Tujuannya, membangun instabilitas, kegaduhan kemudian menanamkan ketidakpercayaan terhadap pemerintah.
Untuk mencari pelaku, saran Slamet, yakni dengan pemetaan yang komprehensif dan membuka lebar adanya segala kemungkinan.
"Dimulai dari pertanyaan apa yang ingin membuat masyarakat resah? Ingin ada instabilitas dan ingin menghancurkan kredibilitas pemerintah hanya satu pihak saja? Apakah mereka yang menginginkan kondisi seperti itu apa hanya kelompok dengan satu motif? Dan apakah yang menginginkan hal seperti itu hanya elemen domestic?" tutur Slamet.
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu yang seharusnya menjadi pegangan aparat keamanan. "Aparat keamanan jangan cari pelaku pada satu sasaran saja, buka kemungkinan yang lain," sarannya lagi.