Stok BBM SPBU Swasta
Stok BBM Langka di SPBU Swasta Warung Buncit, 2 Pekerja Sempat Alami Pengurangan Hari Kerja
Kelangkaan BBM di SPBU Swasta Warung Buncit berdampak pada operasional, dua pekerja sempat dikurangi jam kerja selama 3 hari.
Penulis:
Fersianus Waku
Editor:
Glery Lazuardi
TRIBUNNNEWS.COM - Kelangkaan stok bahan bakar minyak (BBM) di salah satu SPBU Vivo Warung Buncit, Jakarta Selatan, berdampak langsung pada operasional dan tenaga kerja.
Dua pekerja di stasiun pengisian tersebut sempat mengalami pengurangan hari kerja saat pasokan Revo 90, 92, dan 95 habis selama tiga hari berturut-turut, 17–19 September 2025.
Kelangkaan stok BBM di SPBU Vivo, termasuk di Warung Buncit, Jakarta Selatan, disebabkan oleh beberapa faktor utama yang saling berkaitan.
SPBU swasta seperti Vivo mengimpor BBM sendiri berdasarkan kuota dari Kementerian ESDM. Kuota impor tahun 2025 yang semula berlaku satu tahun kini dibatasi hanya enam bulan, sehingga stok cepat habis sebelum kuota baru diterbitkan.
Proses distribusi BBM dari luar negeri mengalami hambatan, membuat pasokan ke SPBU swasta tidak lancar.
Hal ini menyebabkan kekosongan stok di beberapa titik, termasuk Jakarta dan Tangerang Selatan.
Konsumen beralih ke SPBU swasta karena isu kualitas BBM di tempat lain, sehingga permintaan meningkat drastis dan stok cepat terkuras.
Pemerintah kini mewajibkan SPBU swasta membeli base fuel dari Pertamina untuk menambah pasokan. Proses ini masih dalam tahap transisi dan belum sepenuhnya berjalan lancar.
Beberapa pengamat menyebut kelangkaan juga dipicu oleh perencanaan internal yang kurang akurat dalam memproyeksikan permintaan dan mengelola supply chain.
Kelangkaan ini berdampak langsung pada operasional SPBU, termasuk pengurangan jam kerja karyawan seperti yang terjadi di Vivo Warung Buncit.
Dua pekerja di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) swasta milik Vivo di kawasan Warung Buncit, Pancoran, Jakarta Selatan, sempat mengalami pengurangan hari kerja.
Hal ini terjadi seiring dengan kelangkaan stok bahan bakar minyak (BBM) di SPBU tersebut pada belakangan ini.
"Kalau di sini sih kebetulan dua orang (mengalami pengurangan hari kerja)," kata Daman, Senior Operator di SPBU Vivo Warung Buncit, saat ditemui Tribunnews.com di lokasi pada Minggu (21/9/2025).
Menurut Daman, pengurangan hari kerja tersebut bersifat sementara dan kini kedua pekerja telah kembali bekerja seperti biasa.
Ia menjelaskan, sistem kerja karyawan di SPBU tersebut sangat bergantung pada ketersediaan stok BBM.
"Kalau misalnya ada produk stock out (ya hari kerja dikurangi). Kalau misalnya (stok) ready ya normal," ujar Daman.
Daman mengungkapkan, SPBU tempatnya bekerja mengalami kekosongan stok BBM pada 17 hingga 19 September 2025. Selama masa tersebut, hanya produk jenis diesel yang tersedia.
"Sempat 3 hari kemarin kita stock out. Jadi awal pertama habisnya itu Revo 90, terus menyusul 92, menyusul 95. Jadi dua harian kalau enggak salah kita cuma jual diesel doang sih," ucapnya.
Ia menuturkan, saat ini SPBU Vivo Warung Buncit telah kembali menyediakan Revo 92 dan diesel. Namun, Revo 90 dan Revo 95 masih belum tersedia.
"Kita cuma ready 92 sama diesel doang sih. Yang enggak ada Revo 90 sama Revo 95. Jadi dua produk itu yang enggak ada," ungkap Daman.
Sementara itu, Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) dan pakar bahan bakar serta pelumas, Prof. Tri Yuswidjajanto Zaenuri, menjelaskan bahwa akar masalahnya bukanlah kejadian tangki mobil berlumpur.
"Tapi, ketika Kejaksaan Agung menyatakan bahwa Pertamax oplosan. Ketika Pertamax ada kasus tangki jadi berlumpur itu tidak berimbas ke orang pada ngantre di Shell," tegas Yuswidjajanto saat dihubungi Kompas.com.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa kuota impor BBM memiliki batas volume dan waktu.
"Karena waktu itu ramai waktu ada Pertamax oplosan itu, kan otomatis nyedot kuotanya. Sehingga, waktunya belum habis, tapi volumenya (SPBU Swasta) sudah habis," ujar Yuswidjajanto.
Kondisi ini semakin diperburuk oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang tidak memperpanjang atau menerbitkan izin impor baru.
"Sehingga, mereka terkendala untuk memasukkan bahan bakar dari luar. Kilang Shell sendiri yang di Singapura dibeli sama PT Chandra Asri Pacific Tbk dan dipakai untuk bahan bakunya mereka," ungkapnya.
Yuswidjajanto menambahkan bahwa saat ini SPBU Shell sudah dijual kepada pihak lain, bukan lagi dikelola oleh Shell.
"Jadi, akhirnya mereka impor dari tempat lain, bukan dari Singapura lagi. Karena habis kuotanya saja sebenarnya," kata Yuswidjajanto.
Dalam perkembangan terbaru, kelangkaan BBM swasta telah memasuki babak baru. Kementerian ESDM telah menyatakan bahwa Badan Usaha SPBU Swasta bersama dengan Pertamina akan melakukan impor BBM dalam bentuk base fuel.
Langkah ini diharapkan dapat meredakan kelangkaan dan memenuhi kebutuhan konsumen yang selama ini terganggu.
Dengan memahami secara menyeluruh alasan di balik kelangkaan BBM swasta, diharapkan masyarakat tidak lagi terjebak dalam kesalahpahaman dan dapat mengambil keputusan yang lebih baik dalam menggunakan bahan bakar kendaraan mereka.
Artikel ini sebagian telah tayang di Kompas.com
Stok BBM SPBU Swasta
DPR Sebut Stok BBM Subsidi untuk Petani dan Nelayan Terkendali |
---|
Bos Pertamina Ungkap Racikan BBM SPBU Swasta di Tengah Kelangkaan Pasokan |
---|
Curahan Hati Petugas SPBU Swasta: Harapan Kami Jualan Bensin Lagi |
---|
Ramainya SPBU Pertamina di Tengah Langkanya BBM di SPBU Swasta |
---|
Pertamina Ramai, SPBU Swasta Lengang: Kontras Tajam di Tangsel |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.